Minggu, 07 April 2013

Cerita Hujan


Setting: gue lagi duduk di sebuah gerai minuman kenyol-kenyol yang lagi ngetren setaun ini di Indonesia. Gerainya ada di sebuah mall di kota kecil. Pengunjungnya duduk menghadap jendela segede gaban, ke arah jalan utama.

Gue sebenernya masuk ke gerai ini karena terpaksa. Buat mengistirahatkan kaki yang sejam lebih buat nggasing tiga lantai mall (masih jadi sebuah misteri besar di abad ini, kenapa kaki cewek itu tangguh kalo dibuat nge-mall. Coba aja dibuat upacara, pasti ngeluhnya sepanjang sungai Musi. Ckakakaka). Kebetulan nggak bisa langsung pulang karena hujan deras. Dan ide gue buat nunggu di foodcourt sambil minum hot chocolate buyar karena pengunjung lainnya punya ide sama: “mbambung sambil makan”. Di lantai satu lebih mengenaskan lagi, pengunjung udah bergelimpangan di lantai ditemani kresek belanjaan mereka, bagai korban bencana alam. Tampang mereka kebanyakan mengenaskan. Mungkin mereka berpikir: “Udah uang abis, ujan pula. Akuu galauuu….” Sambil menatap nanar deterjen diskonan yang baru mereka borong. Semoga itu bukan pertanda mereka bakal bunuh diri pake deterjen yaa… Dan mungkin lebih baik, JANGAN! Karena apa? Gue ngga rela merek obat nyamuk cair legendaris harus turun tahta dari chart-senjata-bunuh-diri-paling-ampuh.  Gyahahaha. #sesinggakpenting

Akhirnya gue berhasil membelah keramaian menuju gerai yang letaknya emang depan sendiri. Di situ gue nyruput es kopi + kenyolkenyol sambil –mau nggak mau- mengamati lalu lintas depan mall. Berasa jadi mbak-mbak cantik dari NTMC Polri (kyaaaaaa…. ^o^).

Kebetulan gue sendirian. Yup, ngga typo dan no tipu-tipu. Gue sendirian.

Beberapa orang risih kalo harus ngemall sendirian. Hey, itu me- time. Itu bukan aib. Lebih baik ngemall sendirian daripada, misalnya, hamil duluan (opo iki maksudmu Laa? ^^v). Gue cuma menegaskan, gegara diliatin orang semall dan segerombolan cewek di samping gue, gue ngga lantas menatap hujan dengan sesenggukan sambil nulis inisial di kaca depan gue. Mana yang ditulis inisial nama sendiri lagi. LOL.

Yang gue liat dari kaca itu adalah fenomena. Fenomena apakah itu? Oase jadi-jadian kah? Kita simak, pemirsa...

  1. Ada orang-orang naik sepeda motor yang dari mukanya udah keliatan pengen banget masuk mall ini buat berteduh. Udah terlanjur basah, kenapa nggak pulang coba? Malah nglirik malu-malu ke parkiran yang masih padat penduduk. Sepertinya mereka ingin jadi salah satu orang yang akhirnya menunggu di dalam mall. Mereka nggak tau, justru orang-orang di dalam mall ini pengen cepet keluar seberani mereka yang berhujan-hujanan di luar untuk pulang. Untuk mencari kehangatan di rumah. Rumput tetangga emang lebih sesuatuk yakJ
  2. Ada orang-orang yang sibuk mengeluh (tadi gue denger pas nglewatin lautan manusia). Mengeluhkan hujan. Gue yakin sebagian besar di antara yang mengeluh itu sebenernya bawa kendaraan bermotor. Kalopun itu roda dua, mestinya bawa jas ujan. Udah tau ini musim hujan, bukan musim gugur (Laa sadar Laa, ini Indonesia. :p). Apa harus peribahasa “Sedia payung sebelum hujan” diganti “Sedia jas hujan sebelum nge-mall” ? Gyahahaha. Dan gue yakin, dari sebagian yang bawa jas hujan itu berpikiran kalo mereka nggak mau keujanan. Lucuk loh ya, sudah ditegaskan oleh pabrik jas hujan bahwasanya fungsi jas hujan itu buat melindungi orang dari tetes air mata, eh, hujan. Masih aja takut basah. #mikirsampekLebaran :D . Kalo nggak gitu, takut bajunya basah. Basah dikit aja, repot banget. Dijemur kan bisa. Kena becek ya dicuci. #pakenadasuaraJokowi. Buat apa coba tadi mborong deterjen kalo bukan buat nyuci baju? Jadi bunuh diri gituh? #kembalipakenadasendiri #ngakakngesot.  Manusia kehilangan logika nggak cuma pas jatoh cinta, ternyata pas kehujanan juga yak. #tsahhh
  3. Mbak- mbak di sebelah gue terlihat menikmati sruputannya sambil baca novel yang baru dibeli. Tapi beberapa menit kemudian, dia ngomong ke temennya, “Pulang yuuk, pasti ujannya kayak kemaren. Lamaa….”. Pertama, menurut analisis gue mbak ini cewek yang gampang trauma. Kedua, dia mengulangi kesalahan sama. Udah tau kemaren ujan lama dan kecewa, siang ini mendungnya setebel bulu shaun the sheep, ngapain keluar? Kalopun bertekat hang out, terima resikonya, nikmati hujannya. (ciyeee, sok bijak… ciyeee….padahalll, ah sudahlah… #elusponi #lanjutngupil :D )
  4. Gue senyum-senyum sendiri. Bukan gegara obat gue abis, obat penenang hati maksudnya (eaaaa, penari Bollywood pun bermunculan dari kolong meja.. #kasihreceh #usir #abaikan). Gue sadar sepenuhnya hujan tidak patut dipersalahkan atas kegalauan seseorang. Keadaan hati itu yang mempengaruhi segalanya. Mood bagus, mau ditabrak becak, dilindes tank, loe bakal terus senyum-senyum. Mood jelek, mau matahari bersinar cerah selama enam bulan (di kutub) lamanya, loe bakal cemberut sampe muka loe menang di lomba lukisan abstrak. :D

Dan, setelah minuman gue abis, pulanglah gue. Hujan badai emang. Petirnya seakan-akan Syahrini lewat di langit, cetar membahana gituh. Ortu jelas khawatir.
Gue sih nyantey.

“Kena banjir tadi.. Yang laen pada damprat, aku ketawa mah. Berasa di taman safari, nglewatin kandang kuda nil. Kubangannya luas gitu! Seru!”

Ortu? Geleng-geleng. Tinggal nambah bola disko sama ngundang DJ dari kampung sebelah aja. LOL

*\(^_______________^)/*

Blog ini ditulis pas kaki super gue masih kedinginan, baru nyampe rumah. Mostingnya nunggu badai reda. Uwuw! Fresh from the oven, qaqaaa… Enjoy yah, qaqaaa… ^^

3 komentar:

Frestea Agasshi mengatakan...

heiii say follow blog aqyu donk...

Frestea Agasshi mengatakan...

ini aku Frista :)

Unknown mengatakan...

Udah eike follow.. yuuk... :D

Posting Komentar