Minggu, 08 Februari 2015

Di Balik Sebuah Doa

Jadiii, begini ceritanya.. tengah semester kedua matkul Etika Profesi & Spiritualitas muncul kesepakatan baru. Salah dua dari anggota kelompok yang bertugas presentasi, juga berkewajiban untuk memimpin doa pembuka dan penutup sesi perkuliahan.
Kelompokku adalah kelompok penutup. Dan aku memilih memimpin doa penutup. Itu berarti terakhirnya terakhir. Kehormatan bagiku, karena kan biasanya pemeran utama emang muncul terakhir. *kibas jilbab* *pasang pose pahlawan bertopeng* *dikeplak* :p
Ini doanya:


"Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..
Kami bersyukur ya Tuhan..
atas segala nikmat yang Kau berikan.
Terima kasih, karena telah mengizinkan kami berkumpul di dalam kelas ini.
Presentasi, berdiskusi... sampai bercanda... bertemu teman2 tersayang dan dosen merupakan anugrah, yang mungkin sering kami lalaikan untuk disyukuri..
Terima kasih telah Kau jalinkan persaudaraan di atas segala perbedaan yang kami miliki. Semoga jalinan ini tetap terjaga walau pada akhirnya kami harus berpisah..
Terima kasih, karena telah kau beri kesehatan dan kemampuan untuk berbagi ilmu hari ini...
Beri kami kesembuhan dari sakit, baik itu yang ada pada raga maupun jiwa dan hati kami..
Beri kami kelancaran berpikir, ketenangan hati, dan mudahkanlah atas segala yang kami perjuangkan.
Jadikanlah kami versi terbaik dari diri kami.
Engkaulah Maha Mendengar harapan, Maha Melihat usaha kami... Sesungguhnya yang berasal dariMu, akan kembali padaMu..
Kabulkanlah doa kami ya Tuhan..

Aamiin.."

..itu teks versi print out sih. Sebenarnya di teks aslinya, ada tambahan kalimat lainnya sih.. lebih dramatis jadinya.. Hehee.. Tapi suer, itu nulisnya tulus setulus-tulusnya.. Dan hasilnya, si penulisnya sendiri nahan biar ga nangis pas mbaca di depan kelas.


FAQ #1 Tapi, Laa.. kok doanya bahasa Indonesia?

Aku pengen memastikan orang yang mengamini doaku itu tau apa yang diamini olehnya. Memang mayoritas pemeluk Islam. Tapi rasa persaudaraanku sama pak-bro dan bu-sist yang memeluk Hindu, yang bikin aku nulis doa pakai bahasa Indonesia. Toh, kalau kamu yakin Tuhan itu Maha Mendengar, apapun bahasanya, menurutku nggak masalah.

FAQ #2 Doanya gitu amat yak.. semacam lebay kayak mau pisah apa aja..

Iya, tiap teman, apalagi yang berjuang bersama, selalu kuanggap seperti saudara sendiri. Imajinasiku yang selalu jauh ke depan ini ngasi bayangan betapa berbeda rasanya kalau nggak ada mereka (edisi komplit). Yang nekat mamam di kampus walau lampu udah dipadamin lah, yang kerja kelompok dibelain break buat bobok kece 5 menit sambil duduk lah, yang karaokean setelah 3 hari full tugas & 3 hari kuliah lah, yang nari india sambil foto-foto sambil jalan ke kantin sambil nggalao tugas lah.. Hahaha

FAQ #3 Kok harapannya dikit amat yak? Malah banyak terima kasihnya?

Nah itu dia! Aku ngerasa tiap kita berdoa seringnya pake kalimat yang diawali "tolong ya Tuhaannnn...", atau "Semoga aku.." atau "Kenapa oh kenapa, Tuhannn...".. Trus ujung-ujungnya lupa bersyukur.. Nah, untuk mengingatkan teman-teman untuk banyak bersyukur biar nikmatnya ditambah dan ditambah lagi, untuk menghargai yang udah kita dapat, dan untuk menyadari rezeki yang udah dikasi Tuhan yang serinnnnggg banget ga kita sadari karena ketutup sama keluhan, makanya aku pake banyak kata terima kasih. Yang aku terimakasihkan di atas itu, misal nggak dikasi sama Tuhan, imajinasiku bilang... hidupku ga bakal seindah hari ini dan ga ada Ela yang ada di depan kelas buat mimpin doa.

FAQ #4 Ebuset, niat amat bikin latar belakang buat doa? Kayak pendahuluan makalah ajaa..

Sahabatku bilang, niat itu emang yang mengawali segalanya. Nah, moga-moga dengan niat penyusunan doa yang baik dan tulus, doanya capcus dikabulkan sama Tuhan. Aku sih...mengusahakan segala sesuatu yang aku lakukan ada maksud baik untuk kebaikan bersama. Doa yang terucap boleh sama, niat dan kadar ketulusan bisa beda.. Ada yang 24 karat, ada yang karatan.. Nyahahaha... *hush*
Dan ini bukan maksudku buat pamer atau apa yaa.. Sudut pandangku ini adalah bahwa berbagi itu indah. Berbagi nggak mesti materi. Semangat, inspirasi, ide...juga bisa dibagikan.

Dan akhir kata..
boleh kan minta aamiin-nya? :)

Rabu, 04 Februari 2015

Menggores Kacamata

Sore ini..
Di lindungan sebuah atap di dasar kawah..
di bawah langit yang menangisi kisah kita..
Kita bercerita tentang menemukan dan kehilangan.
Jauh dan dekat.
Kasih sayang dan kekecewaan.
Aku katakan sekali lagi judul sub bab dari novel favoritku,
orang yang membuatmu kecewa adalah orang yang paling kamu sayangi.
..kita tak pernah paham perasaan orang lain.
Tidak akan pernah.
Perkara sudut pandang akan selalu menjadi perkara,
pengadilan yang kasat mata, langsung dari perasaan.

Dalam kisah yang berbeda,
kita bicara tentang cara menghapus goresan di kacamata orang.
Bahkan yang tak sengaja kita lakukan.
Seseorang pernah berkata padaku, kacamata hancur bisa diperbaiki, kalau hubungan itu yang susah.
...karena kita tak pernah mendengar senyaring apa raungan seseorang yang tergores perasaannya.
Yang bisa kita lakukan adalah menjadi kesatria: meminta maaf.
Di posisi yang terkecewakan, meminta maaf itu jauh lebih gampang daripada memaafkan.

Di antara cerita kita..
Di tengah isakan langit..
Kita mengenal tentang menemukan dan kehilangan.
Jauh dan dekat.
Kasih sayang dan kekecewaan.
Harapan. Cinta.
Kita mendewasa darinya.

Bahwa tak ada satupun yang abadi di dunia.
Jika cinta dapat menggelora dalam waktu yang terbatas, (seharusnya) begitupun dengan amarah.
Maju.. majulah ksatria..


Dariku, untukmu dan aku. :)