Kamis, 12 November 2015

Tulisan Gadis Penyusup: Deskonstruksi Makna Profit

PROFIT

oleh:
Elana Era Yusdita


"ini tugasku saat sit in di kelas Kapita Selekta beberapa minggu yang lalu. Simpel saja, berdzikirlah..dan maknai profit. Kamu harus melepaskan makna profit yang sudah merajalela di buku, jurnal, aturan. Makanya, aku bilang di awal, kalo definisi yang kuciptakan ini dibuat sebelum membaca materi yang diberi pakprof. Sebagai penjelas bahwa aku punya pandanganku sendiri dan nggak gampang goyah. Etapi, kalo kamu mau menggoyahkan hatiku, silakan loh ya.. *diuyel-uyel* *ngakak*"

Tulisan ini adalah hasil renungan saya, sebelum membaca jurnal untuk materi kuliah tentang profit.
Profit.. nilai tambah bagi dari apa yang kita dapatkan, dari apa yang kita keluarkan. Lupakan soal materi dulu, saya ingin bicara soal hati, perasaan. Profit dapat berupa perasaan, seperti puas, ikut senang ketika melihat orang lain juga bahagia. Semua rasa itu adalah sesuatu yang ditangkap oleh perasaan kita, misalnya karena kita ikut senang melihat pelanggan senang saat membeli dagangan kita. Senang dan ikut senang.
Sekarang saya bertanya pada diri saya sendiri, jika orang lain mendapatkan sesuatu yang saya inginkan, sedangkan saya tidak, lalu orang tersebut bahagia, apakah saya juga ikut senang? Dia senang, tapi saya tidak. Di mana profitnya? Saya merasakannya sebagai, “jika sesuatu itu buruk substansinya bagi saya, meskipun menurut orang lain itu bagus, Allah menyayangi saya dengan menjauhkan hal tersebut. Tuhan Maha Tau, sedangkan pengetahuan saya masih seperti debu, tak berarti dan amat terbatas.” Saya akan tetap merasa mendapat profit. Profit saya ya diselamatkan dari hal buruk dan telah diberi kesempatan untuk belajar.
Lalu saya bertanya pada diri saya sendiri, bagaimana jika orang lain tertawa di atas penderitaan saya? Kan dianya bahagia, saya sedih. Jika dimetaforakan, dia mendapat untung, sedangkan saya rugi. Kembali lagi ke olah rasa saya di atas, kehidupan adalah buku pelajaran raksasa. Misalkan, saya digunjingkan, maka sebenarnya sedang untung, karena menurut hadist, saya sedang menerima pasokan pahala dari mereka yang sedang menggunjing. Jadi ya, seharusnya saya doakan dia rajin beribadah, tapi hentikan gunjingannya, karena “profit”nya menipis setelah ditransfer ke saya. Kasihan. Hehehe.
Lalu saya merasa, “Lho, saya masih merasa kasihan?” Wah, itu profit tambahan buat saya. Alhamdulillah.. :D

Dari renungan saya itu saya mengambil kesimpulan, bahwa profit adalah segala sesuatu yang membuat kita “mati”, menuju kepada-Nya. Apapun bentuknya, baik yang tampak (misalnya harta) dan yang tak tampak (misalnya kebahagiaan), asal kita mengingat Tuhan di dalamnya, kita mendapatkan keuntungan. Manusia yang mengingat Tuhan, tak mungkin mencederai fisik dan perasaan sesama ciptaan-Nya. Dengan segala yang ia peroleh, ia bersyukur. Tidak perlu saingan memaksimalkan “profit” untuk sesuatu yang sebenarnya sudah (di)cukup(kan). ;)

"statusku mahasiswa konsentrasi akuntansi bisnis. TAPI KOK NGERTI BEGINIANNN?? kan bisnis ala kapitalis. Mwahaha.. aku sit in ndak sengaja, tapi kulanjutkan untuk tiga tujuan: (1) pengen tau, (2) mendengarkan komentar sang pakar tentang syariah yang sekarang banyak dibisnisin (baca: dijadiin cap doang), (3) memberi pelajaran pada yang lain bahwa jangan menilai jiwa seseorang dari apa yang tampak, substance over form! *ketawa jahil di pojokan*"

Rabu, 08 Juli 2015

Laki Laki Pemancing

Pada saat ini ditulis, aku sedang berada di bangku sebuah kereta ekonomi jurusan malang-madiun. Naik transportasi umum punya sisi menarik, yaitu aku bisa mengamati orang-orang yang seperjalanan denganku. Tidak hanya pemandangan hijaunya sawah, birunya langit, tapi ada mahluk-mahluk hidup di sekitarku yang rasanya sayang jika tidak diobservasi. Hehee..

Kali ini fokusku ke arah dua laki-laki kecil yang aktif sepanjang perjalanan. Hampir kursi segerbong dijadikan tempat bermain, tak luput juga kursi kosong di depanku, yang sengaja ditinggal pemiliknya untuk mencari tempat tenang dalam membaca novel.
Balik ke kedua lelaki mungil itu. Mereka begitu aktif karena dua hal, sepanjang pengamatanku. Pertama, mereka nggak puasa. Hehee.. Kedua, ibunya antara tampak kelelahan atau memang dasarnya terlalu kalem.
Setiap menjumpai hal baru, selalu dipertanyakan oleh salah satu di antaranya, entah si abang atau adiknya. "Kenapa keretanya bergerak?"
"Kenapa ada goncangan?"
"Kenapa kok terpenggal?"
Aku langsung kepikiran kasus yang melibatkan tubuh manusia.
Eh ternyata, "Kenapa gerbongnya terpenggal, buk?"
Oke. Bernafas lega.
😂😂😂

Lanjut..
Sampai suatu ketika, aku memutuskan mengisi sepertiga perjalanan dengan ngegame. Rencananya, waktu di tengah kesendirian ini, heleh, akan kubagi antara ngegame dan membaca. Ternyata malah nulis. Wkwkwkwk.
Pada saat ngegame, suara smartphone sengaja kubiarkan normal. Suara zombie, "rawr rawr rawr!" dan "plok! Plok! Plok!" dari peashooter ternyata menarik perhatian kedua lelaki itu. Ibunya sukses memberi perintah untuk duduk. Sukses dilanggar! Hahaa.. Kubiarkan saja, toh mereka nggak ganggu. Cuma melihat, tidak meminjam. Mereka akhirnya bosan, dan pergi menjajah kursi lainnya.
Ketika aktivitas gaming kuhentikan karena sibuk bercanda dengan teman-teman via chat, si adek datang lagi. Melihatku dengan penasaran.
Akhirnya kuputuskan untuk membaca. Kakiku kuangkat ke kursi depan karena lelah. Kali ini si adek nekat..hmm, bukan ingin tau rupanya, tapi ingin sedikit perhatian dariku. Dia memaksa berdiri. Duduk. Berdiri. Tiduran. Menggusur-gusur kakiku semaunya.
"Duh, dek.. Surgamu ada di telapak kaki ibumu itu lhoo.. Bukan akuu.." 😂
Dan aku tetap diam dan mengamati.
Sampai suatu ketika, entah apa yang ia rasakan, dia menggebrak meja kecil di depanku.
Kaget sih, tapi aku tetap tenang.
Akhirnya dia kembali ke kursinya. Tiduran, tapi tetap ngliatin aku. Ampun deh. Apa maunya coba.. 😅
"Aku bukan ikan, dek.. Jangan mancing-mancing deh.." 😂

Dannn..
Seketika terlintas semacam metafora.
Lelaki yang belum dewasa akan memancing..terus memancing untuk mendapatkan perhatian. Padahal ia punya kemampuan berbicara atau bertindak, bukan lagi seperti bayi yang hanya ngode-ngode ke ortu pakai tangisan rewel.
Orang tua aja masih bingung memahami maksud anaknya, apalagi orang lain yang bukan siapa-siapanya? 😆

Lelaki, tolong berperilakulah sesuai usiamu.

---------------------------------
"Buk, ini udah Surabaya??"
"Bukan ke Surabaya, nak.."
"Mana Surabayanya? Udah lewat?"
"Kita ndak ke sana."
"SURABAYANYA MANAA??"

Oke, iyain aja deh biar cepet.. 😂😂😂
Sampai jumpa di postingan selanjutnya yaa..

Senin, 01 Juni 2015

Mengapa Memaafkan?

 Aku maafkan kamu..
karena kasihan..
..karena tiap aku teringat & sakit hati,
aku membiarkan kamu menumpuk dosa.

Aku maafkan kamu..
karena aku tak mau menghambat masa depanku dengan kekecewaan..
karena aku ingin senyum dan tawaku selalu ada,
tanpa beban,
karena ada banyak orang yang juga kecewa sekarang..yang mungkin butuh lelucon dariku.

Aku maafkan kamu..
karena kamu mengajariku sesuatu dalam kehidupan.. tanpa kuminta dan kubayar.
semoga Tuhan selalu membimbingmu..untuk mengajari orang lain dengan kasih sayang, bukan melalui kekecewaan.
semoga Tuhan mencukupkan bahagiamu.. agar tak perlu merampas senyum yang lain.

Maafkan aku jika sebelum ini aku mengutukmu.
Sesungguhnya aku tak berhak menentukan keadilan yang sebenar-benarnya.
Waktu akan menyembuhkan, maka maafkan.
Waktu akan menjawab, maka berjalanlah selalu pada kebenaran.


Aamiin.



*kata melankolis sejati*


Mohon maaf lahir batin.
Selamat menyambut Ramadhan ya blogwalker.. blogrunner.. blogngesotter..atau siapapun kamu.. :D

Minggu, 12 April 2015

Tentang Pembalasan

"Berhenti jd cermin, nona! Jika kamu beriman, percayalah Allah Maha Mengetahui. Tiap getaran dari niat jelek akan dikembalikan oleh semesta."

Aku marah hari ini.
Kepada diriku sendiri.
Kepada sifat melankolis, yang mampu mencatat secara detail "kapan dan dengan cara apa kau menyakiti perasaanku.. dimana.. siapa saksinya.. dan dampaknya..".
Kepada sifat cerminku, yang mampu menjadikanku sayang.. sangat sayang pada orang yang begitu baik hati padaku.. Dan membalas jutaan kali lebih menyakitkan ketika ada orang yang menyakitiku..dan orang yang kusayangi.

Aku yang semakin menua tiap harinya..
Mengapa sifat ini tak kunjung lenyap juga.
Seharusnya aku sadar, ketika aku beriman atas adanya Tuhan, aku tak perlu lama merasa sakit hati.. karena suatu hari pasti akan diganjar dengan tawa. Aku akan menertawai kegalauanku hari ini.
Kalau aku beriman kepadaNya, aku tak perlu repot-repot membalas. Mengapa aku meragukan kekuatan getaran semesta dengan gelombang karmanya? Aku kok kayak orang bodoh.. yang nggak pernah baca buku tasawuf modern aja.. yang nggak pernah diberi nasihat oleh orang-orang dengan kualitas EQ dan SQ super.
Kalau aku diberi kelebihan berupa "kesetiaan, kejujuran, dan keinginan untuk membantu orang", mengapa aku merusak nikmat itu hanya gara-gara perlakuan mahluk-mahluk utilitarian?
Kalau aku mengakui diriku manusia, punya akal, nafsu, nurani... mengapa aku malah membalas "sifat hewan: makan atau dimakan" dengan menjadi hewan pula? Aku manusia!

Mengapa aku tak fokus untuk melakukan kebaikan? Mengapa aku membiarkan nuraniku..hartaku sebagai manusia tergores oleh mahluk-mahluk tak bertanggung jawab... dan kubiarkan meledak karena menyimpan rasa sakit?
Bukannya Tuhanku melarang untuk menyakiti diri sendiri?
Sudahlah, maafkan... meskipun file-file itu tersimpan rapi untuk menjadi pelajaran... memaafkan, bukan berarti melupakan. Itulah mengapa ada seorang kawan yang percaya bahwa "karma berlaku dua arah".
Perbuatan pelaku akan merubah hidup korbannya.
Bagiku, ini kesempatan untuk memanfaatkan karma itu untuk jadi lebih dewasa.
Bukankah aku berjanji untuk menjadi semakin cantik setiap harinya?


"Ayo, nona.. Kamu bisa! Hidup itu terlalu singkat..untuk hanya menyimpan sakit hati."

Dariku, untukku,
yang sedang diseret untuk maju.

Kamis, 05 Maret 2015

Penggalauan Setelah Seperempat Abad

Dear sahabat, keluarga, atau siapapun kamu yang sangat peduli dengan statusku..
Aku menggalau.. bukan karena usiaku sudah lebih dari seperempat abad..
Namun, selama 25 tahun ini, belum kutemui sosok pemimpin, sekaligus penakluk segala kelebihanku dan pengisi kekuranganku.
Pemimpin yang bagai dedaunan yang meliuk anggun di rantingnya saat diterpa angin. Kebebasan yang terikat.
Karena kekakuan merupakan cikal bakal diktator. Yang egonya akan berkuasa saat aku dengannya ada di titik terendah kehidupan. Dengannya, mungkin aku akan terbantai.
Karena bebas sebebas-bebasnya akan menciptakan pengabaian dan pembenaran atas segala sesuatu. Dengannya, mungkin aku akan dibunuh perlahan.

Aku menggalau.. bukan karena belum adanya seseorang yang ingin merubah statusku menjadi tak lagi lajang..
Menikah itu status. Perayaan itu simbol. Makna yang ada di dalamnya lebih penting.
Aku dilahirkan sendiri. Dari rahim ibu, aku diperantarakan menginjak dunia.
Aku akan kembali kepadaNya sendiri. Ke liang lahat, jasadku akan masuk.
Lalu, untuk apa aku gusar? Dari nol akan kembali kepada nol.
Ia yang tercinta hanya dititipkan Tuhan padaku. Aku, wanita yang diserahkan kepadanya untuk dibimbing makin dekat kepadaNya.
Mengapa aku harus memaksakan diri untuk menjadi bukan diriku dan melakukan tugas calon imam untuk sebuah pernikahan?
Aku tau kualitasku. Dalam kata cocok tak ada baik-buruk. Baik itu relatif. Sempurna itu tak ada dalam manusia, yang ada saling melengkapi. Cocok.

Aku menggalau.. bukan karena aku tak bahagia.
Aku bingung akan berbagi kebahagiaan sepanjang waktu dengan siapa. Karena dalam kesendirianku pun, aku begitu bahagia.
Ada orang tua, saudara, sahabat yang rela bergiliran kuganti cemberut mereka dengan tawa.
Masa akan kuhabiskan sisa hidupku dengan seseorang yang membuatku menangis karena memilihnya hanya dari aspek bisa-dinikahi? Wah, neraka dunia namanya.

Iya. Aku si pemikir. Dan aku merasakan lebih dalam dari kebanyakan.
Aku tak takut ditertawakan (lagi).
Karena yang kutau, setiap manusia itu berbeda. Unik. Cemoohmu mungkin bisa jadi prinsip bagiku. Kerlingan mata kegenitanmu mungkin bisa jadi penyakit cacar untukku. Abaimu mungkin bisa jadi air mataku. Dan amarahku bisa jadi lelucon bagimu.
Aku tak berhak menghina sudut pandang lain.
Aku hanya mencari kamera yang saling sorot denganku. Bukan untuk saling mencari kekurangan, tapi saling memandang. “Aku tau kamu. Kamu tau aku. Ayo kita jadi tim sepanjang masa.”

Minggu, 08 Februari 2015

Di Balik Sebuah Doa

Jadiii, begini ceritanya.. tengah semester kedua matkul Etika Profesi & Spiritualitas muncul kesepakatan baru. Salah dua dari anggota kelompok yang bertugas presentasi, juga berkewajiban untuk memimpin doa pembuka dan penutup sesi perkuliahan.
Kelompokku adalah kelompok penutup. Dan aku memilih memimpin doa penutup. Itu berarti terakhirnya terakhir. Kehormatan bagiku, karena kan biasanya pemeran utama emang muncul terakhir. *kibas jilbab* *pasang pose pahlawan bertopeng* *dikeplak* :p
Ini doanya:


"Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..
Kami bersyukur ya Tuhan..
atas segala nikmat yang Kau berikan.
Terima kasih, karena telah mengizinkan kami berkumpul di dalam kelas ini.
Presentasi, berdiskusi... sampai bercanda... bertemu teman2 tersayang dan dosen merupakan anugrah, yang mungkin sering kami lalaikan untuk disyukuri..
Terima kasih telah Kau jalinkan persaudaraan di atas segala perbedaan yang kami miliki. Semoga jalinan ini tetap terjaga walau pada akhirnya kami harus berpisah..
Terima kasih, karena telah kau beri kesehatan dan kemampuan untuk berbagi ilmu hari ini...
Beri kami kesembuhan dari sakit, baik itu yang ada pada raga maupun jiwa dan hati kami..
Beri kami kelancaran berpikir, ketenangan hati, dan mudahkanlah atas segala yang kami perjuangkan.
Jadikanlah kami versi terbaik dari diri kami.
Engkaulah Maha Mendengar harapan, Maha Melihat usaha kami... Sesungguhnya yang berasal dariMu, akan kembali padaMu..
Kabulkanlah doa kami ya Tuhan..

Aamiin.."

..itu teks versi print out sih. Sebenarnya di teks aslinya, ada tambahan kalimat lainnya sih.. lebih dramatis jadinya.. Hehee.. Tapi suer, itu nulisnya tulus setulus-tulusnya.. Dan hasilnya, si penulisnya sendiri nahan biar ga nangis pas mbaca di depan kelas.


FAQ #1 Tapi, Laa.. kok doanya bahasa Indonesia?

Aku pengen memastikan orang yang mengamini doaku itu tau apa yang diamini olehnya. Memang mayoritas pemeluk Islam. Tapi rasa persaudaraanku sama pak-bro dan bu-sist yang memeluk Hindu, yang bikin aku nulis doa pakai bahasa Indonesia. Toh, kalau kamu yakin Tuhan itu Maha Mendengar, apapun bahasanya, menurutku nggak masalah.

FAQ #2 Doanya gitu amat yak.. semacam lebay kayak mau pisah apa aja..

Iya, tiap teman, apalagi yang berjuang bersama, selalu kuanggap seperti saudara sendiri. Imajinasiku yang selalu jauh ke depan ini ngasi bayangan betapa berbeda rasanya kalau nggak ada mereka (edisi komplit). Yang nekat mamam di kampus walau lampu udah dipadamin lah, yang kerja kelompok dibelain break buat bobok kece 5 menit sambil duduk lah, yang karaokean setelah 3 hari full tugas & 3 hari kuliah lah, yang nari india sambil foto-foto sambil jalan ke kantin sambil nggalao tugas lah.. Hahaha

FAQ #3 Kok harapannya dikit amat yak? Malah banyak terima kasihnya?

Nah itu dia! Aku ngerasa tiap kita berdoa seringnya pake kalimat yang diawali "tolong ya Tuhaannnn...", atau "Semoga aku.." atau "Kenapa oh kenapa, Tuhannn...".. Trus ujung-ujungnya lupa bersyukur.. Nah, untuk mengingatkan teman-teman untuk banyak bersyukur biar nikmatnya ditambah dan ditambah lagi, untuk menghargai yang udah kita dapat, dan untuk menyadari rezeki yang udah dikasi Tuhan yang serinnnnggg banget ga kita sadari karena ketutup sama keluhan, makanya aku pake banyak kata terima kasih. Yang aku terimakasihkan di atas itu, misal nggak dikasi sama Tuhan, imajinasiku bilang... hidupku ga bakal seindah hari ini dan ga ada Ela yang ada di depan kelas buat mimpin doa.

FAQ #4 Ebuset, niat amat bikin latar belakang buat doa? Kayak pendahuluan makalah ajaa..

Sahabatku bilang, niat itu emang yang mengawali segalanya. Nah, moga-moga dengan niat penyusunan doa yang baik dan tulus, doanya capcus dikabulkan sama Tuhan. Aku sih...mengusahakan segala sesuatu yang aku lakukan ada maksud baik untuk kebaikan bersama. Doa yang terucap boleh sama, niat dan kadar ketulusan bisa beda.. Ada yang 24 karat, ada yang karatan.. Nyahahaha... *hush*
Dan ini bukan maksudku buat pamer atau apa yaa.. Sudut pandangku ini adalah bahwa berbagi itu indah. Berbagi nggak mesti materi. Semangat, inspirasi, ide...juga bisa dibagikan.

Dan akhir kata..
boleh kan minta aamiin-nya? :)

Rabu, 04 Februari 2015

Menggores Kacamata

Sore ini..
Di lindungan sebuah atap di dasar kawah..
di bawah langit yang menangisi kisah kita..
Kita bercerita tentang menemukan dan kehilangan.
Jauh dan dekat.
Kasih sayang dan kekecewaan.
Aku katakan sekali lagi judul sub bab dari novel favoritku,
orang yang membuatmu kecewa adalah orang yang paling kamu sayangi.
..kita tak pernah paham perasaan orang lain.
Tidak akan pernah.
Perkara sudut pandang akan selalu menjadi perkara,
pengadilan yang kasat mata, langsung dari perasaan.

Dalam kisah yang berbeda,
kita bicara tentang cara menghapus goresan di kacamata orang.
Bahkan yang tak sengaja kita lakukan.
Seseorang pernah berkata padaku, kacamata hancur bisa diperbaiki, kalau hubungan itu yang susah.
...karena kita tak pernah mendengar senyaring apa raungan seseorang yang tergores perasaannya.
Yang bisa kita lakukan adalah menjadi kesatria: meminta maaf.
Di posisi yang terkecewakan, meminta maaf itu jauh lebih gampang daripada memaafkan.

Di antara cerita kita..
Di tengah isakan langit..
Kita mengenal tentang menemukan dan kehilangan.
Jauh dan dekat.
Kasih sayang dan kekecewaan.
Harapan. Cinta.
Kita mendewasa darinya.

Bahwa tak ada satupun yang abadi di dunia.
Jika cinta dapat menggelora dalam waktu yang terbatas, (seharusnya) begitupun dengan amarah.
Maju.. majulah ksatria..


Dariku, untukmu dan aku. :)

Minggu, 25 Januari 2015

Wanita dan Keanggunan

Wanita dan cap seksinya..
Apakah keganjenan, lekuk tubuhnya, ataukah kemurnian hatinya yang menjadikan ia tampai seksi,
wanita mungkin tak pernah tau.
Pria dengan nafsunya melalui mata.. dan eksekusi melalui tangan kakinya yang mengetahuinya..
Wanita dan keanggunannya..
apakah karena ia hijaber,
atau melangkah meliuk bagai pragawati,
atau karena keterbatasannya dalam menjaga perbuatan,
atau saat ia mati-matian menahan tangis saat dunia sedang tak bersahabat,
ia tak pernah tau.
Orang-orang melalui mata akan memandangnya.. dan melalui mulut akan menilai..
Aku begitu marah..
Pada dunia aku berontak,
mengapa wanita dengan idealisme menjaga kehormatan dianggap dungu,
mengapa wanita [seolah] diharuskan mengobral hak suaminya [kelak] untuk kata AKU CINTA PADAMU?

Seseorang pernah berkata padaku, cinta adalah menjaga, tak mungkin menyakiti..
Seseorang yang lain pernah berkata padaku, jangan bersedih jika seseorang tak menepati janjinya, Tuhan sedang menunjukkan bahwa ia bukan jodohmu.
Seseorang yang lain berkata jadi wanita jangan mencari, tapi dicari.

Tapi ini bukan zaman yang baik-baik saja.
Pada dunia aku berteriak,
bisakah kita memegang yang normatif,
kalau sayang, maka akan jadi yang spesial.
Aku wanita.
Aku bukan boneka.
Aku bukan boneka yang bebas dipegang.
Aku wanita.
Aku berharga.
Aku bukan seonggok, sesuatu yang tak punya perasaan.
Aku wanita.
Aku bukan mereka yang mengaku wanita, padahal boneka.


AKU WANITA!




Marahlah melalui karya, bahkan ketika kamu tak tau harus marah kepada siapa.
Selamat datang, bulan! :)

Jumat, 09 Januari 2015

Mana Aku Tau

Mana aku tau akan berada dimana.
Siapa yang tau aku akan jadi apa.
Aku di sana setahun lalu takkan menyangka ada aku yang di sini hari ini.
Aku datang untuk menemukanku yang menujuNya.
Mampirku tak lama, sia sialah jika tak menjadi siapa siapa.
Bukan mengenai yang tampak, tapi yang ada di dalam,
yang di luar hanya bungkus dari cita rasa kehidupan.

Aku mencari isi untuk yang hampa,
untuk nantinya menjadi kosong kembali.
Titipan untukku di dunia masih tercecer,
terkumpul akan menjadi bekal.
Untukku.
Untuk kebaikan.
Untuk pertanggungjawaban mengapa aku di dunia.

Semoga berkah.
Semoga bertemu dengan yang kucitakan.
Semoga akan dibimbing oleh yang maju beriringan.
Aamiin.

Sabtu, 03 Januari 2015

Fenomenologi in Love

Ini soal bagaimana kamu menerjemahkan suatu simbol.
Tuhan menciptakan skenario,
Alam menyediakan petunjuk,
Seberapa berarti bagimu itu masalahnya...

Ketika suatu simbol yang dapat merupakan sampah bagi yang lain,
bagimu itu dapat mendegupkan jantungmu lebih cepat.
Itulah cinta.. dari perasaan terdalam.
Itulah perasaan yang membuatmu tersesat dalam labirin.
Pengingat tentang rasa yang terpendam.

Semesta seolah menggodamu saat semua tampak sepertinya,
semua pertanda mengarah padanya,
oh, mungkin ini letak kebutaan dalam cinta,
selama logikamu tidak hilang, kau tak benar-benar jatuh cinta.
Jatuh yang tak menyakitkan,
Karena yang berlaku hanya gravitasi bulan,
kamulah air laut yang sedang pasang.

Cinta yang paling berbahaya adalah cinta yang tak pernah surut oleh waktu.




Tulisan ini saya dedikasikan untuk orang-orang yang pernah merasakan hilangnya logika.
*kedip penuh arti*