Madiun, 9 Juni 2018
Entah kenapa
hari ini aku lebih banyak bahagia daripada kudu mbrebesnya. Bahkan ketika ada
tetangga bilang, "Yang sabar ya~" aku hanya mengangguk dengan
ekspresi ceria. Maha Besar Allah.
Aku percaya
mama sudah terbebas dari rasa sakit. Yang mama butuhkan adalah doa putrinya di
balik segala kerempongan peringatan 1 tahun. Mungkin karena ini aku tak melulu
bersedih. Sehari sebelum peringatan, jariku berjodoh memencet channel tv yang
menayangkan ceramah ustadz Abdul Solmad. Beliau mendapat pertanyaan tentang
anak yang ditinggal mati bapak ibunya. Jawabnya adalah,"Jangan sedih.
Rasulullah adalah anak yatim. Mungkin Allah ingin menaikkan derajat seseorang
dengan menjadikannya anak yatim (piatu)."
Akupun ge-er
dengan ucapan ustadz, "Ah masa iya aku yang biasa ini termasuk anak
terpilih?" Padahal pengennya memang diiyain. Hamba hanyalah cewek yang
ingin konfirmasi ya Allah. Ampun~ :'))
Pada saat
proses packing makanan untuk dibagikan ke tetangga, alhamdulillah semua
bahagia. Padahal hari itu hectic, tapi aku masih bisa bercanda dengan mbak
rewang, sampai ngelawak di percakapan daring. Tidak ada baper untuk hal yang
tidak penting. Tetangga juga bilang suka, terima kasih, sampai menunjukkan wajah
haru saat bertemu di musholla untuk tarawih. Kalau sudah begini, aku harap
bukan aku saja yang bahagia, tapi mama juga.
Betapa aku
merasa perhatian kepada orang tua itu sangat berharga. Bukan seberapa mewah kau
memberi hadiah kepada mereka, tapi seberapa dalam makna pemberianmu menurut
mereka. Itu dua hal yang berbeda antara mewah menurut harga dan mewah
berdasarkan makna. Banyak anak salah sangka, kekayaan akan membahagiakan karena
visualisasinya bagus sampai ada yang rela berbohong demi pengakuan. Padahal hal
sederhana asal mengena itu sudah cukup untuk hadiah.
-----------------------------------------
Oiya, belum
cukup berjodoh dengan tausiyah ustadz, ada postingan terkait yang berjodoh pula
dengan jariku. Postingan itu menceritakan saat-saat terakhir Nabi Muhammad.
Beliau meninggal setelah sempat demam tinggi di pangkuan Aisyah. Putri Nabi,
Fatimah, menerima wasiat dengan cara dibisiki yang kira-kira adalah sebagai
berikut,"Aku punya dua kabar. Yang pertama, aku akan meninggalkan dunia
ini. Yang kedua, sepertinya kau yang menyusul pertama kali di keluarga
ini." Fatimah diceritakan berekspresi sedih, lalu bahagia.
Makdeg!
Aku mbrebes,
ingat papa. Dalam satu kesempatan di RS, papa ngedrop. Saat itu hanya ada aku
dan papa. Mama sudah berpulang. Papa menangis di tengah rasa sakitnya, mungkin
juga karena rindu mama,"Terima kasih nak, kamu sudah ngrawat papa. Kamu
baik. Kamu sama papa sama mama kumpul di surga ya nak. Kita ketemu di sana
ya.."
"Iya,
papa. Inshaallah.."kataku pada saat itu tercekat.
Karena
kalimat itu, aku tau tujuan hidupku. Aku berjanji bertemu mama papa di surga.
Pertama, aku harus menyelamatkan mereka dari api neraka, memohon ampunan dan
melakukan kebaikan di dunia dengan harapan mama dan papa selamat di sana.
Maknanya, orang tua yang mengajariku berbuat baik, jika aku patuh tetap
melaksanakan itu, kuharap hal itu masuk kategori "ilmu yang
mengalir". Kedua, aku yang mencari surga. Karena ridha suami adalah
surganya istri, maka menemukan calon pendamping yang sevisimisi adalah kunci.
Bukan seberapa cepat aku menemukan, tapi seberapa tepat aku dipertemukan. Suami
sesat akan mengajak istri ke neraka. Suami pembohong akan mengajari istri untuk
jadi jamaah dramanya. Suami utilitarian akan mengajari istri untuk memanfaatkan
dan menjegal orang lain, tak peduli saudara. Buktinya, ada suami ngebom ngajak
anak istri. Kan menakutkan ya.. Instead of laki-laki baik untuk wanita baik.
Mungkin dari sononya, si wanita sudah ada sifat radikal bebas, jadi ga dapat
suami yang antioksidan. #lah #tepokjidatpaklurah
Yaudah sih,
ngocehnya gitu aja. Maaf kalo bikin perasaan campur aduk, ketawa nangis ketawa
lagi. Yang penting gitunya pas lihat postingan, bukan dengan pandangan kosong.
:))