Selasa, 15 November 2011

Hambar

Awalnya hambar.
Lalu kutambah garam.
Agar ada rasa, berharap ada warna.
Dan berhasil!
Tanpa kusadari aku terluka.
Garam itu senjata makan tuan.
Aku menaburnya di atas lukaku.
Bodohnya aku, tak kusadari terlalu banyak garam akan mematikan.
Hingga puncaknya aku hentikan semua itu. Aku terdiam.
Lalu aku menangis, berharap kadar garamnya akan berkurang.
Dan sedikit demi sedikit sakitnya hilang.
Hingga kurasakan hambar lagi.

Senin, 07 November 2011

Berubah!!!


Berubah adalah kata ajaib yang diucapkan power rangers ketika musuh datang.
Berubah juga cara yang kadang diambil wanita ketika mereka jatuh cinta.
Berubah agar pria menyukainya. Hmm, jangan-jangan para pria itu mencintai perubahannya, bukan si wanita. J
Bahkan power rangers akan kembali ke wujud manusianya ketika si musuh sudah tewas. Kalau pria itu berhenti mencintai , apakah si wanita akan kembali ke ‘wujud asli’ atau malah mengusahakan perubahan yang lebih heboh? J
Perubahan itu keren. Aku tau bagaimana rasanya. Dan aku tau bedanya berubah ke arah yang lebih baik atau malah ‘mundur’.
Aku tau power rangers pasti merasa ‘cool’ dalam kostum mereka , tapi aku tidak tau apakah mereka mau mendekati orang yang disukai memakai kostum itu. :D
Berubah ke arah yang lebih baik adalah apabila perubahan itu terjadi bukan karena apa-apa. Bukan karena sesuatu atau seseorang. Perubahan itu tidak akan menghilangkan jati diri seseorang.
Kupu-kupu adalah ulat yang bisa terbang setelah dia bertapa dalam kepompong. Aku yang sekarang adalah aku yang dulu dan berjilbab. Berubah tapi tetap sama.
Perjuangan terberat adalah mencari jati diri dan mempertahankannya. Apakah jatuh cinta akan merubahmu? J

Selasa, 16 Agustus 2011

Sahabatku Guruku


Matanya memancarkan kelelahan…akumulasi beban hidup yang dengan sabar ia jalani..beban yang benar-benar beban, bukan sekedar patah hati atau hal ‘sepele’ lainnya..
Matanya memancarkan kelelahan…Semoga Allah membalasnya dengan senyuman tanpa putus… Amin!

Allah mendatangkan ia padaku, mengizinkan aku berteman dengannya dan mengisi harinya dengan tawa, yang mudah-mudahan dapat mengusir masalah-masalahnya barang sejenak.
Mengizinkan kedua telingaku berfungsi dengan baik, mendengarkan curahan hatinya..
Mengizinkan mulutku berucap, mengingatkannya ketika ia lupa..
Mengizinkan kedua kaki dan tanganku membantunya, ‘sedikit’ membantu, karena aku tau beban hidupnya jauh lebih banyak.
Mengizinkan aku dekat dengannya untuk mengisi hidupnya yang sepertinya sebatang kara.
Ia seolah membalas semua itu dengan pelajaran hidup yang berarti..
Walau beban hidup menghadang, tak menghalanginya membantu orang..
Dia selalu ‘ada’..
Membuatku malu jika aku ingin manja atau saat ingin berfoya-foya..entah berfoya-foya waktu, tenaga, ataupun materi..
Membuat hatiku serasa dipecut saat aku tidak bisa membantunya walau itu hal sepele..
Aku baik-baik saja dan dia sedang tidak baik-baik saja, tapi dia jauh lebih baik daripada aku dalam mengatasi rintangan hidup..
Semoga ini jadi bagian berarti dalam pendewasaanku.. berkaca padanya.. sahabatku, saudaraku…

...itu Sahabat


Jangan tinggalkan aku, jangan pernah tinggalkan aku..
Sahabat-sahabatku..
Peganglah aku ketika ku mulai goyah dan jalan ini begitu menyakitkan..
Bantu aku bangkit ketika kalian temukan ku sedang terjatuh dan terluka..
Ku sangat membutuhkan telinga-telinga yang mendengarkanku..
Tangan-tangan yang menghapus air mataku..
Aku percaya tangan kalian tak kan mencekik kehidupanku atau menusuk dari belakang..
Mata-mata yang memandangku apa adanya..
Karna aku memang mahluk yang butuh banyak pemakluman dari orang-orang yang mengertiku..

Ingatkan aku saat berjalan menuju arah yang salah..
Meskipun aku terlihat tak mengacuhkan omelan, diam-diam kupikirkan lagi peringatan itu..
Marahi aku saat aku tak benar..
Meskipun aku keras kepala, aku merasa sangat menyesal jika membuat kalian benar-benar kesal padaku..
Beri aku maaf, saat ku sadar ku berbuat salah..
Meski aku terlihat tak peduli, sesungguhnya aku berusaha meminta maaf..
Jangan diamkan aku, saat aku tak tau apa salahku..
Aku butuh kalian tuk sadarkanku..
Meski aku menyangkal, sesungguhnya aku mendengar yang kalian ucapkan..

Betapa ku butuhkan kalian..

Tak banyak orang yang mengertiku..
Tak sedikit orang salah paham kepadaku..
Ku tak ingin bersandiwara..
Ku hanya berharap…
Kumohon jangan tinggalkan aku, jangan pernah tinggalkan aku..
Sahabat-sahabatku..

Yang kutakutkan, aku salah pilih seperti dulu,
tak kutemui lagi mahluk-mahluk ajaib seperti kalian..

Sahabat itu manis
,bukan pemanis buatan
,tapi sanggup memaniskan jamu kehidupan..
Sahabat itu ahli
,ahli dari segala spesialis
,membuat kita diam saat menangis
,mengangkat kita saat terjatuh
,mewarnai dan melukis hidup kita agar lebih ramai..
Sahabat itu bodyguard
,yang mirip antivirus
,mengusir sepi
,mendepak kesedihan
,memperbaiki jiwa yang luka
,dan menjaga hati tetap hangat
,jika perlu menghajar yang membuat kita menangis..
Sahabat itu bukan saudara kembar yang disama-samakan
,namun perbedaan yang punya tujuan sama..
Sahabat itu tak pernah lupa
,bahwa ada seseorang di sini yang juga slalu mengingatnya..
Itulah Sahabat

Jika waktunya untuk berpisah datang,
aku mohon jangan tinggalkan aku, jangan pernah tinggalkan aku..

Hanya kalian yang kusayang yang paham tulisan ini..
Jadi, jangan tinggalkan aku..
Jangan pernah tinggalkan aku..
Walau kita terpisah jarak..
Ku sayang kalian..

Berteman Dengan Sepi


Kesepian adalah musuh bagiku…
Contohnya pindah ke tempat baru..
Susah untuk dijelaskan bagaimana rasanya..
Sendirian di sebuah ruangan berkapasitas tiga orang. Adaptasi yang harus kuhadapi sendiri. Untungnya ini sudah melalui pertimbangan yang matang.
Namanya saja pilihan, ya pasti susah buat dipilih. Ada positif dan negatifnya, tergantung dari sudut mana kita memandang suatu kejadian. Pindah ke tempat baru, pasti ada pertimbangannya. Karena ini pilihan dan masuk prioritas, jadi mau nggak mau harus ada yang dikorbankan. Contohnya rasa kesepian sekarang ini.
Mau nggak mau berteman sama sepi..
Cuma ada aku, nini, dan lepi. Lagu-lagu dream high. Paling abis ini nge-game.
Kata Ria, ‘dinikmati aja,mbak…’
Iya, ya.. kan mumpung di malang. Sepinya cuma di kos. Pagi sampe sore bisa aktivitas di luar. Masih banyak urusan, terutama revisi geje. Ah, dinikmati saja. Mumpung masih ada. Mumpung masih bisa merasakan sepi, pasti nanti bisa rame-rame kalau udah waktunya. J

Senin, 04 April 2011

Serunya nonton OVJ nang Malang



Baru posting sekarang nih, kemaren masih sibuk ngurus skripsi.. hohoho

Jadi gini ceritanya..,
Tanggal 21 Maret aku baru balik ke Malang, anak-anak langsung heboh masalah dapetin tiketnya. Ada yang bilang beli  Rp 100.000,-. Ada yang bilang harganya Rp 25.000,-.

Malah temenku udah dapet tiketnya dari temennya yang mboking 10 tiket. Udah ada CP-nya dari jauh hari. Tapi cuma seminggu doank nomernya aktif.

Dasarnya tiket gratis kali ya.. Mana artisnya Sule dkk, jadi bikin gempar Malang.

Phoe ngasih saran buat ikutan kuis di radio-radio. Ya udah, aku ikut aja ngetag foto sama bikin cerita gokil di Elfara.

Besoknya, gantian teman-teman kost yang pada heboh. Katanya ngumpulin fotocopy KTM ke dosen Teknik Tata Busana bisa dapet tiket gratis. Ngebutlah aku ke teknik.. Meskipun aku mahasiswi FE, tapi udah lumayan akrab sama teman sekelasnya Amoy dan Cupi. Jadilah KTM-ku nampang di deretan mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika. Pede.. hahaha..

Lanjuuut…, setelah nunggu beberapa abad di depan gedung, si Bapaknya datang. Langsung dikejar sama teman-teman. Walau nggak kenal, tetap pede nyodor-nyodorin map isinya fotocopyan KTM sekelas. Katanya sih ketua kelompok-ny a bakal dihubungi buat ambil tiket. UM punya jatah 3000 tiket.
Karena merasa udah dapet info ‘berharga’, jadi aku kasih taukan ke teman-teman.

Nggak tau gimana, ternyata di Graha Cakrawala juga ada pengumpulan fotocopy KTM buat dapetin tiket OVJ.. hwayuuuh.., tau-tau yang daftar udah 4000 orang. Akhirnya UM memutuskan buat ngundi sesuai proporsi jumlah mahasiswa per fakultas. Oh, harapanku tipis sudah..

Sementara itu, di depan Cakrawala banyak calo tiket. Teman-teman pada ragu nih, beli apa nggak. Kalo aku sih buat apa beli untuk tiket yang seharusnya gratis.

Besoknya,  aku sama Phoe keliling cari informasi di radio-radio. Kami menemukan peluang di Makobu dan bikin rencana jam 5 pagi ikut ngantri pembagian tiket disana. Udah njarkom ke anak-anak juga biar ikut ngantri.

Oiya, sebelumnya Phoe udah diajak temannya ke Radar Malang, ternyata juga tiketnya habis dalam waktu kurang dari 30 menit. Hoff…

Dan, besoknya lagi adalah kesempatan terakhir dapetin tiket. Tau nggak sih, jam 05.30 di depan Makobu udah panjaaaaaang antriannya. Aku sama Phoe udah di sana duluan, Chan-chan dan Aita nyusul soalnya masih nunggu angkot. Gila nih orang-orang, pada nginap di parkiran apa ya?? hahaha

Kami udah didorong sama polisi buat membentuk huruf L, ternyata luapan antrian dari sisi kiri bikin bentuk barisan kayak amoeba. Kebetulan aku nganti di sebelah sekumpulan mahasiswa yang cowok-cowoknya pada mbanyol. Ngilangin bete pas ngantri, lumayaan.. hahaha

Antrian udah hampir nutup setengah jalan Soekarno Hatta pas polisi datang, dari 1 bertambah jadi sekitar 3 orang… Mulailah aksi dorong-mendorong karena nggak sabar. Ada beberapa orang yang datang telat mau nyrobot antrian jadi depan sendiri, malah malu sendiri gara-gara disorakin mas-mas di sampingku. Ada juga beberapa orang yang udah menyerah sebelum kantor Makobu dibuka.
Setelah nunggu sejam, akhirnya pegawainya datang juga. Wah, mulai nggak sabar. Katanya sih yang dibagiin ada 200 tiket. Prediksi kami, pasti dapet deh ini. Begitu pintu dibuka, makin parah aksi dorong mendorong disana. Suasana tambah panas karena yang udah dapet tiket malah pamer, nglambai-lambaiin tiketnya bagai Putri Indonesia.. haduuh..

Nggak terasa udah makin dekat sama pintu depan Makobu, barisan dipersempit jadi 2-2. Aku udah bisa nyesek ke tengah, Phoe diusir sama polisi gara-gara nggak bisa masuk ke tengah. Dorong-dorongan nggak bisa dihindari. Mas sebelahku langsung berteriak pas kegencet. Eh, sama polisinya malah dikira nantang. Astagaaa.., polisi mau nonjok si masnya. Untung aku pake helm, keadaannya mirip demonstrasi pas itu. Tau-tau polisi di depan sendiri nongol buat ngasitau kalo tiket udah abis. Rasanya mau tepar aja. Phoe pasang muka kecewa.

Langsung kami pergi dari situ, sarapan di Taman Krida, nyusul Chan-chan dan Aita yang udah duluan ke situ. Kami memutuskan liat pengumuman di kampus dan Elfara. Aku sama Phoe ke Elfara. Wow, ternyata dia menang undian. Dan, sapa sangka, aku menang undian KTM di kampus.. Horeee…
Sayangnya teman-teman yang lain nggak bisa ikut L
Amel menang undian KTM juga, tambah Irna yang juga dapet tiket dari radio.



PAS HARI H (26 Maret 2011)
Hwiii…
Nggak sabar pas hari H. Kami berempat tambah adek kostnya Amel dapat yang siang.
Jam 10 jalanan dah pada macet gara-gara kru OVJ konvoi dulu sebelum syuting off air.
Jam 10an kami udah standby di samping gedung Cakrawala. Pintu depan buat masuk tiket VIP, samping buat pintu masuk tiket Festival. Lah, kami yang para penonton Tribun, lewat mana donk?
Dan jadilah kami ikut berpartisipasi merusak taman Cakrawala gara-gara kegejean pintu masuk. Maafkan kami, pak bon… huhuhu

Lamaaa banget ngantri masuknya, jam 2 siang baru bisa masuk. Itu pun berebutan tempat strategis di tribun. Sebelum masuk harus nunjukin tiket dan dicap pake stempel fosfor . Stempel fosfor itu bisa keliatan pake sinar khusus dan di kegelapan. Ini aja aku taunya pas ngeyel ke mas Trans Corp kalo belum dicap, padahal udah, cuma nggak keliatan aja. hihihihi

Ada 4 setting tempat plus satu tempat sinden dan pemusik di tengah-tengah. Setelah naik turun tribun akhirnya kami duduk di tribun bawah sayap kanan. Lumayan lah.. Setelah dikasi pengarahan sama mbak Trans Corp soal yel-yel, mulailah acaranya. Oiya, kami disuruh matiin hape biar nggak ganggu audio, juga dilarang makan-minum selama syuting, takutnya hasilnya nggak bagus kalo ada orang ngunyah-ngunyah selama syuting. Total ada 6 sesi. Sesi 1 dimulai dari Sule dkk masuk ke peti ala Pharaoh.. Huwiiii, sumpah keren… Dalang sama sinden pake ungu-ungu. Sesi 2 isinya cuma para sinden nyanyi dan kami semua gulung-gulung lengan trus gerakan kebyar-kebyar sambil teriak: Eeee… aaaa!!

Semakin lama kami makin putus asa, dari tadi nggak kena sorotan kamera.. Akhirnya datang juga kesempatan show up pas Kristina, sebagai bintang tamu, nyanyi Jatuh Bangun. Aku yang udah pegal-pegal karena kelamaan duduk, langsung berdiri dan mulai njoget-njoget. Teman-teman juga.. Akhirnya kamera tertarik juga nyorot kita… Masuk tipi… aaaaaa… ^^V

Selesainya sekitar jam 5 sore, suaraku abis, badanku belang di bagian lengan gara-gara kepanasan, tapi menyenangkan.., asalkan bersama teman-teman.. ;)

Meledaknya Akumulasi Perasaan

Sekarang sedang hujan..
Dan kalo ada ujan sama petir menyambar-nyambar di film, biasanya hal buruk terjadi…
Sama kayak sekarang.., bukan kejadian sih, tapi firasat…
Semacam kesalahpahaman melanda..
Secara implisit saja kuceritakan,

Kalau ada seorang yang kamu  sayangi, mau bunuh diri karena dipikirnya itu jalan terbaik, apa yang kamu lakukan?

Dan ketika kamu memperingatkan, dia terus melangkah, lalu maju-mundur di tepi jurang, apa yang kamu lakukan?

Ketika kamu memperingatkannya dengan cara halus tidak berhasil, lalu apakah kamu membiarkannya?

Bagaimanakah jika kamu bosan memperingatkan hal yang sama dan tidak ada kemajuan?

Bagaimanakah perasaanmu jika kamu memperingatkannya dengan cara yg tidak sopan –sebagai jalan terakhir- dan ternyata dia marah?

Dan ketika kamu tau dia lebih bersikap pemaaf kepada orang yang mendorongnya ke jurang daripada kamu –yang menariknya dengan kasar agar tidak jatuh- , kecewakah kamu?

Bagaimanakah perasaanmu jika  dia mempersepsikan tindakanmu sebagai pengkhianatan atas suatu hubungan? Dan selanjutnya menghembuskan persepsinya ke telinga orang lain?

Mau dibiarkan saja?

Atau mencari pembelaan orang lain?

Atau berusaha menyelamatkan diri sendiri dengan membersihkan nama baik?
Ah, entahlah… aku bingung.. kalo kamu?


Kalau  seseorang yang kamu bela ternyata dalang di balik suatu bencana, apa yang kamu lakukan?

Kalau segala pembelaan yang dilakukan justru membuatnya manja, apa yang kamu lakukan?

Pada saat kamu selalu berpikir ‘kita’, dan ada beberapa orang yang berpikir hanya ‘aku! Aku! Aku!’, kecewakah kamu?

Kalau kamu memang seorang troublemaker, namun dituduh untuk suatu hal yang kamu tidak kamu lakukan, marahkah kamu? Dan ternyata si dalang tidak mencoba membelamu lebih tegas, sakitkah kamu?

Sebenarnya siapakah yang membuat semua jadi begini?

Aku ragu, jangan-jangan kamu tidak ingin ‘kita’, tapi hanya ‘dia’..
Harus kecewakah aku?


Apa yang akan kamu lakukan?

Apa yang akan kamu lakukan?

Apa yang akan kamu lakukan?
Aku bingung, kalo kamu?


Kalo memang aku tak diperkenankan marah atau kecewa,
Pecat saja dari hubungan ini..
Saya akan merasa tidak bersalah membiarkanmu jika kita bukan apa-apa..

Sebuah akumulasi perasaan yang telah meledak ...

Selasa, 29 Maret 2011

Gelembung-Gelembung Terkutuk

Gelembung terkutuk
gelembung beracun
bikin orang yang tak patuh mati mengenaskan...

Gelembung setan
siapa lagi kalau bukan punya mereka
sang semena-mena
penindas orang tak tau apa-apa

Gelembung mereka
gelembung beton
tak ada yang berani menghancurkan
apalagi cuma sebuah jarum
bisa-bisa dia yang patah sendiri

Dunia macam apa ini
kok kecil-kecil sudah jadi mafia
karena sok cantik, sok kaya
ingat non, hatimu sudah busuk dimakan belatung..

Ya Tuhan..,
jika Kau tak beri keadilan
'kan kuhantamkan palu ke gelembung-gelembung itu
hingga pecah berantakan
sesengsara aku yang dulu..

Akulah bumerangmu..
Matilah kau, gelembung-gelembung terkutuk!
Pergilah ke neraka dengan dosamu!

Kamis, 24 Maret 2011

Ngemper

Ngemper = nongkrong = cangkrukan = kumpul-kumpul


gambarnya terlalu kyut buat me and the genk..wakakaka


Dulu (semester setengah tua), aku dan teman-teman kampus suka sekali ngemper di teras gedung kampus. Kami punya dua tujuan : refreshing dan mengerjakan tugas. Mungkin dosen-dosen yang kebetulan melihat kami, beranggapan bahwa kami hanya buang-buang waktu.
Kenapa nggak langsung pulang dan mengerjakan tugas?

Sebagai catatan:
Kami adalah mahasiswa akuntansi -yang dulu saya pikir isinya hanya menghitung dan ternyata tidak hanya itu!- yang dengan jadwal 2-3 mata kuliah sehari (belum tambahannya), 5 hari seminggu, dimana (kelihatannya) para dosen memberi tugas (seolah-olah) hanya itu satu-satunya pekerjaan kami di dunia ini.
Lebay?? kadang! itupun karena stress... :p

-kembali ke topik utama-
Justru dengan berkumpul itu kami bisa mengerjakan tugas sekaligus belajar. Mungkin membutuhkan waktu yang lama karena kami selalu membuat 'plesetan' bahasa akuntansi dan lelucon gokil lainnya. Kalo ada orang yang kebetulan lewat, mungkin dia akan ngerasa sensasi petasan di kuping. Hahahahaaa...

Kami menyiapkan presentasi dengan selingan (biasanya aku) berpura-pura jadi dosen, 'kesurupan' mendadar teman-teman, lengkap dengan senyuman sadis... :D

Oiya, jangan lupa camilan yang selalu tersedia buat isi tenaga (untuk apa coba?? ya buat ketawa donk).. Hahahahaa...

Salah satu teman yang menurutku punya banyak kenalan selalu disapa orang yang lewat di depan kami setiap 5 menit sekali. Dan aku berteriak "klonthang!" (suara uang logam dilempar ke dalam kaleng-- biasanya untuk pengemis).., lalu kami tertawa terbahak-bahak. Kadang sampai menangis karena terlalu menjiwai lelucon... :D

Kalo hujan turun, semua akan berdempetan, menyesak ke tengah. Kadang ditambahi mas-mas ngrokok yang numpang berteduh. Lalu kami akan beruhuk-uhuk ria dan mengeluarkan tisu untuk filter lubang hidung. Bisikku: "mas, aku nggak mau mati muda..., kan belum diwisuda.." dan spontan langsung disambut derai tawa teman-teman... :D

Kenapa aku nulis ini?
Karena pas aku diem sendiri ngesot di lantai nungguin teman-teman selesai kuliah, aku liat para yunior ngemper membentuk lingkaran amoeba 100 meter di sampingku. Ngoceh, ketawa- ketiwi, makan jajan sambil ndengerin musik.
Itulah 'masa muda'ku.
..dan aku merindukannya..
momen-momen itu bersama teman-temanku yang sekarang sedang berada di dalam kelas. :')

Rabu, 23 Maret 2011

Ayo Main-Main

Sebuah permainan lelaki
Tarik ulur layangan
Layangan itu disebut hati
Talinya bernama harapan



Sebuah kelemahan wanita
Suka ketika ditarik
Marah saat diulur
Tak mampu memotong harapan
Luluh ketika ditarik
Kecewa saat diulur
...masih menyediakan segudang maaf
Tertawa ketika ditarik
Menangis saat diulur
...oh, aku masih percaya padamu
Melayang ketika ditarik
Terjerembab saat diulur
...ah, baru sakit hati kok, belum mati...


Terus saja hati membuat penyangkalan, membiarkan perasaan membusuk..
Konsistensi dipertaruhkan..





Lelaki... kadang terikat tapi masih mengikat...
membuat harga diri tampak murah
anjlok hanya demi kenangan
atau apapunlah alasannya..
Pilihlah satu lalu teriakkan lantang, apa susahnya???
Jangan terlalu banyak menyimpan, hatimu bukan gudang!

Sedang wanita kadang masih terkejar..
Saat terengkuh, tertawa senang..
Saat dibuang, mengomel menyumpah, namun hanya untuk dilanggar..
Peringatan lalu lalang kalah dengan rasa kasihan..
Wanita, kau bukan untuk disimpan, hatimu bukan barang...

Untuk semua wanita, cerdaslah! J

Jumat, 11 Maret 2011

Embel - Embel

Beban tersendiri yang aku pikul sejak lahir di dunia ini
Jadi bahan perbandingan dengan saudara perempuan
Dan penerima embel-embel nama keluarga
Aku benci..
Aku benci menerima semua gelar yang bukan dari prestasiku itu
Aku bangga dengan mereka..
Aku adik kakakku, tapi aku bukan kakakku, bahkan kami bukan saudara kembar..
Aku anak kedua orangtuaku, tapi aku bukanlah mereka, bahkan kami bukan kloning..
Aku adalah aku, dengan segala kelebihan dan kekuranganku.
Aku adalah Elana Era Yusdita
Semakin dibandingkan, aku akan jadi si beda..
Ini caraku memberontak..



Aku Ela, tidak perlu repot-repot menambah anak pak A, adiknya B, keponakannya C, atau apapunlah itu..
Mungkin satu kesalahan dariku akan dianggap noda dari karya seni keluargaku..
Mungkin satu prestasi dariku akan jadi pemakluman dari nama besar keluargaku..
Mungkin juga hanya anak bungsu yang bisa merasakan ini..
Perasaan tertekan dari lubuk hati yang paling dalam..
Aku akan menempuh jalanku sendiri.., inilah caraku memberontak..
Semoga keteguhan hati menolongku mencapai tujuan dari jalan yang lain..
Jalan yang benar-benar lain!

Kamis, 10 Maret 2011

Kenangan, Aku Masih Di Sini

Beberapa kenangan itu memanggil:
“kembali..kembali…”
Aku terhanyut sesaat..
Ada rasa dari kedalaman… aneh, semacam kesunyian..
Sangat menohok ketika ada kejadian, nada atau apapun itu yang membuatku ingat.
Rasa yang aneh, susah untuk dilukiskan..
Ada proyektor yang tiba-tiba tersorot, menayangkan yang terapik sampai yang terpahit..
Bibirku tersenyum atau bahkan terkatup rapat, meringis menahan tangis..
Lalu aku menggeleng..
“tidak, kalian bagian dariku.. hanya boleh dikenang, tak boleh membawaku kembali..”
Kenangan itu mungkin kecewa, lalu berbaur dengan angin,
Melintas sejenak..
Lalu hilang..
Karna tak berhasil buatku menggigil..
Terimakasih Tuhan, ternyata aku masih keras kepala…
J

Sabtu, 05 Maret 2011

Aku Didadar

(ditulis pada tgl 3 Maret 2011)



Aku ketakutan malam ini...
besok, Jumat, 4 Maret 2011, jam 13.00, aku akan didadar.
Pendadaran khas akuntansi fakultasku tercinta berarti kamu akan ditanyai mengenai materi kuliah yang kamu dapat selama 3,5 tahun..
... secara lisan...
... di depan tiga dosen....
... sendirian...
ini bahkan lebih menakutkan daripada presentasi SIA pertama kali..
Bisa dianggap sebagai simulasi wawancara kerja
,"cuma" bedanya,
kamu butuh mengingat dan memahami buku-buku tebal sebanyak tiga kerdus besar..
..ditambah suasana tegang dan sensasi nge-blank..
membuat hidup sehari sebelumnya menjadi tak tenang...
dan ketakutan...
Yap, aku takut dengan kegagalan..
Lebih takut lagi mengecewakan kedua orang tuaku..
yang suaranya aku dengar lima menit sebelum menulis ini..
yang berusaha menenangkan putrinya yang panik
dan cuma bisa menangis..
"Mama, kalau adek gagal gimana?"
"Nggak papa... nanti diulang.., yang penting sekarang usaha sama doa."
Terima kasih.. terima kasih.. terima kasih...
Sebagian beban terangkat, diganti dengan ketabahan.

Selasa, 01 Maret 2011

Solitaire

Malam ini aku bahagia...
karena kehidupanku kembali
dimana aku lebih terbiasa dengan yang satu ini..
Solitaire.. sendiri..
Merenung di sela-sela waktu belajar pendadaran..
Mendengarkan musik dan membiarkan announcer radio berkomunikasi satu arah denganku..
atau sekedar berdialog dengan boneka kelinci (gila??? uyeee..)
Menulis uneg-uneg untuk sekedar memotivasi diri, menjadi manusia yang lebih 'baik' (menurut versi saya)..
Aku bebas berpikir dan bertindak, walau ada sedikit pertentangan dalam berpendapat...
Bebas nglamun sampai nge-dance nggak jelas..
Karena ke x-traordinary-an ku, aku sadar sedikit orang yang memahamiku..
Sendiri itu lebih baik untukku saat ini..
Bukan berarti aku manusia tertutup.
Aku terbuka untuk kebanyakan hal dan berusaha memahami orang-orang terdekat..
Namun ada kalanya aku ingin sendiri untuk sejenak, menikmati kehidupan, mensyukuri apa yang aku punya sekarang.. (sisi lain seorang provokator keributan di taman kampus.. hwahaha)..



Selamat menyendiri, kawan.. ^^

Senin, 14 Februari 2011

Tips Mengatasi Patah Hati

#1
Sah-sah saja mencoret foto mantan. Setelah itu lihat sekali lagi. Benar kan, ternyata dia tidak seganteng yang kita kira selama ini?

#2
Ganti nickname mantan pacar di handphone. Lupakan memberi gelar "My Honey", "Sayangku Cinta", "Si Ganteng", "Yayang", dll. Setelah semua kelakuannya berselingkuh dan menyakiti hati kamu, yakin dia masih pantas mendapat gelar itu?

#3
Semangat berolah raga memanah dan menembak bisa dibangkitkan dengan menaruh foto mantan pacar sebagai sasaran.

#4
Ingatlah bahwa Nicholas Saputra itu ganteng dan Olga Lydia itu cantik. Tenang saja, masih banyak orang-orang ganteng dan cantik yang masih 'available' di dunia ini.

#5
Jadikanlah ini motto baru kamu.. Secantik apa pun pacar baru mantan, kamu tetap yang lebih cantik.

#6
Jangan berlarut-larut dengan kenangan indah yang pernah ada dengan mantan bila kamu ingin melupakannya.



#7
Menghabiskan hidup dengan seseorang itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah dengan siapa kita menghabiskannya.

#8
Mendengarkan lagu-lagu patah hati itu bukan sesuatu yang salah (terlebih lagi bila kamu penggemar Metallica).

#9
Siapkan sekotak tisu dan inhaler bila kamu menangis di malam hari karena masih teringat mantan. Dan... jangan ragu bila ingin menangis. It's okay to feel blue, don't deny your feelings.

#10
Berpikirlah dua kali bila kamu merasa mantan pacar kamu itu orang yang romantis. Apakah benar mantan kamu itu orang yang romantis atau apakah sebenarnya si mantan itu orang yang gombal?

#11
Manjakan diri kamu dengan melakukan hal-hal yang sudah jarang atau belum pernah kamu lakukan. Bila kamu jarang memanjakan diri ke salon, hey! kenapa kamu tidak melakukannya sekarang saja?

#12
Buatlah diri kamu secantik mungkin dan berpikirlah bahwa mantan pacar kamu telah melakukan sebuah kesalahan besar karena telah memutuskan kamu.


Dikutip dari Kok Putusin Gue, sebuah novel karya Ninit Yunita..



Semoga menginspirasi kaum wanita (yang merasa tersakiti)..
Selamat mencoba, kawan...., dan cepat sembuuuuh... :)

Rabu, 09 Februari 2011

To Do List... Sebuah Penyemangat..

Semester ini, aku harus merampungkan pendadaran dan skripsi..
Butuh banyak usaha, semangat extra, dan sebuah keajaiban...
Sesuatu yang aneh selalu terjadi di dalam otakku ketika mencoba untuk serius. Membayangkan apa-apa yang bisa dikerjakan setelah melalui suatu ujian itu menyenangkan..., tapi mengganggu konsentrasi juga sih...
Sekarang, aku akan mengubah gangguan itu menjadi sebuah penyemangat...


Pertama, dalam bulan ini pengen pendadaran (pengen???) 
Gara-gara kartu ATM rusak, aku harus ngirim kartu itu ke rumah dan nggak tau harus nunggu sampe kapan jadinya. Padahal uang bulan ini udah menipis... :(
Jadi, harus cepet pendadaran dan pulaaaaang...

Kedua, pulang sebelum pindahan kost.
Pindahan adalah hal yang sangat merepotkan yang pernah kualami. Jadi, sebelum semua itu terjadi, pengen pulang dulu. Atau setelahnya sekalian ya??

Ketiga, bulan ini udah mendapat petunjuk ke jalan yang benar soal teorinya skripsiku..
Aaaaaarghh, ya Allah, saia butuh keajaiban...

Keempat, setelah semua 'kewajiban' itu, aku pengen.....
- Belajar bahasa jerman atau prancis (kalo jermannya emang pengen, kalo prancisnya gara2 suAmel Shinobi Kai)
- Ke pasar minggu, DDRan, atau ngumpul-ngumpul di kostnya sapa gitu, yang penting sama temen-temenku yg terkenal dengan nama ONIONS TWELVE atau BRAMBANGERS... hahahaha :D

- Bermalas-malasan di kost sama temen-temen 1 ATAP..., dan kegiatannya adalah beres-beres kamar, nyuci baju, nyetrika... (mbabu kali yee..)
- Bikin kenang-kenangan buat 2 komunitas di atas..
- Online!! pengen ngeblog sepuasnya sama nyari temen-temen lama di jejaring sosial...

Ya cita-cita bulan ini emang sungguh menantang.. Semoga aku bisa ngejalaninya dengan senyuman.

Akhir kata, saya cuma bilang AMIIIN!!!
OSH!

Senin, 07 Februari 2011

Balada Sakit Hati

Mengapa balada sakit hati begitu marak?
Karena manusia mulai kehilangan cinta, cita, dan mimpi..
Mereka lupa…
Bahagianya menjadi anak kecil, berlimpah cinta,
tak mencari, tinggal meminta..
Mudahnya menangis dan cinta mendatanginya.., berbeda dengan cinta pergi dulu baru menangisinya..
Indahnya berimajinasi tentang menjadi apa…, bukannya bagaimana caranya menjadi apa…
Bermimpi tanpa batas, tak takut akan kegagalan..
Berceloteh dengan jujur dan dimaklumi..
Ada rasa aman dan menyenangkan di sana..

Satu demi satu lenyap..
Sekarang tinggal badan, tanpa mimpi..
Hati tanpa cinta..
Kehilangan dan kekecewaan bekerja, dalam sebuah kepahitan…
membuat tawa langka dalam seorang dewasa..
Merangkai balada…, balada sakit hati namanya…


Dapatkah kita bertahan dengan cinta, cita, dan mimpi yang tersisa? :)

Minggu, 06 Februari 2011

Kepada Siapa Hatiku Salah Menjatuhkan Dirinya

Aku merasa sangat kesepian akhir-akhir ini. Kehilangan rasa cinta membuatku termangu, melayang tak tentu arah dihempas angin dingin musim ini. Kali ini aku memang benar-benar merelakannya pergi, mengusirnya dari apartement hatiku secara paksa. Agaknya ini yang membuatku semakin menjadi pemarah dan pendendam. Kini terbukti sudah kalimat yang berbunyi: Orang yang paling menyakitimu adalah orang yang paling kamu cintai. :,(
Dendam yang membawaku menyelidiki kebenaran. Berbekal ilmu detektif yang kupelajari secara otodidak dari novel detektif, aku menelusuri latar belakang dan komunitasnya. Tentunya bantuan berdatangan dari para sahabat, tapi itu belum bisa membuatku puas karena hanya berupa potongan-potongan dari fenomena yang kuketahui yang mana yang nyata, mana yang hanya sandiwaranya. Hingga suatu hari aku berhasil menemukannya di situs pertemanan. Iyesss! Hehehe, aku tertawa jahat. Kutelusuri dan kuanalisa kenyataan yang kudapat tanpa sepengetahuannya. Tawaku lambat laun berubah menjadi tetesan air mata. Suara jahat itu berubah menjadi isak tangis. Dan di jidatku seakan-akan ada cap: AKU ORANG BODOH SEDUNIA. Dia menyukai gadis lain, dan mungkin selama ini aku hanya ‘selirnya’.
Ketika esoknya kutemukan ucapan terima kasihnya untuk gadis itu, tak kuasa lagi kubendung air mataku di depan umum. Terbukti sudah, usai sudah semua ketidakjelasan ini. Aku menyukai cowok, mendukungnya dengan tulus walau ia tak pernah tau, sedangkan dia menyukai cewek lain, dimana belakangan kuketahui si cewek nggak cinta lagi sama dia. Aku serasa menggigit fortune cookies basi dengan isi tulisan: SELAMAT ANDA MENJADI GERBONG TERAKHIR YANG TAK BERGUNA DALAM KERETA CINTA. BODOH!!!

Oke, cukup. Aku sudah cukup menderita karenanya. Kenyataan kadang memang pahit. Kehidupan harus terus berlanjut. Sesaat aku merasa kurang cerdas untuk memahami kata-kata itu.
Dia putus!! Dia sudah dapat karmanya tanpa harus kuutik-utik hidupnya lebih lanjut. Antara senang dan sedih kumelihatnya meraratapi nasib. Teringat aku yang ia sia-siakan dulu.
Amarahku perlahan namun pasti berganti dengan tangis tanpa suara di malam hari. Sempat aku mengira jiwaku sudah kacau, labil, gila! Kehilangannya membuatku kacau dan mengetahui kenyataan di baliknya membuatku merasa akulah orang paling malang sedunia. Kadang menangis itu jadi obat ampuh untuk meredakan amarah dan membuka jalan untuk memaafkan. Sekarang aku tau kalau memaafkan adalah hal tersulit kedua setelah mencari jati diri.
Semua kengangan tentangnya sudah kukemasi dalam kerdus, kusimpan di lemari yang paling dalam. Tak kan kubuang karena dia adalah salah satu ‘puzzle’ di dalam hidupku.

Rabu, 02 Februari 2011

Kata Saya, Cinta Adalah....

Kata orang:
Kalo kamu suka seseorang karena fisiknya, maka itu namanya nafsu..
Kalo kamu suka seseorang karena bakatnya, maka itu namanya kagum..
Kalo kamu suka seseorang karena hartanya, maka itu namanya matre..
Kalo kamu suka seseorang karena kebaikannya/ sifatnya, maka itu namanya rasa trima kasih..
Kalo kamu suka seseorang, tapi kamu ga tau apa yang kamu suka darinya, maka itu namanya jatuh cinta..
Karena kamu cinta dia apa adanya, bukan salah satu bagian darinya, tapi seluruh bagian dari hidupnya adalah hidupmu..

Kata saya:
Adalah bodoh kalo memandang cinta dari kesan pertama..
apalagi dari luarnya..
cintailah kesehariannya..
Adalah konyol jika mengartikan cinta dari salah satu sikap..
karena salah paham itu amat menyakitkan..
Adalah tolol kalo jatuh cinta karena perubahan,
maka cinta itu nantinya kan berubah..
Adalah gila jika jatuh cinta buat kita jatuh..
cinta itu kuat untuk buat kita bangkit..
Adalah salah besar kalo ingin mati karena cinta..
karena cinta yang bersusah payah buat kita hidup..
Cintailah sesuatu sewajarnya..
semampu kita mencari..
sekuat kita bertahan..
relakan bila telah waktunya berpisah..
ini cuma masalah waktu..

Kamis, 27 Januari 2011

Pelajaran Tentang Sesuatu

Salah satu yang kupelajari..
ketika harapan kita tak kan terwujud
...maka relakan saja sesuatu itu pergi
dan orang-orang kan merelakan kita pergi
untuk menggapai sesuatu yang baru
yang tak mungkin diduga sebelumnya
begitu dekatnya di depan mata
...maka anggap saja sesuatu tidak pernah ada
dan mungkin dengan begitu
sesuatu itu akan berbalik mendekati kita
untuk mendampingi kita selamanya
siapa yang tau???
...maka tinggalkan saja sesuatu itu
tanpa tangisan
tanpa keluhan
janganlah berharap lagi
mungkin dengan melupakannya
maka hidup kita terus berlanjut
dengan bijak dan damai
...maka berdoalah
jika sesuatu itu memang berjodoh
maka sesuatu itu akan jadi kenyataan
jika sesuatu itu menyesatkan
maka sesuatu itu kan jadi mimpi belaka
...dan ucapkan selamat tinggal...

Sabtu, 22 Januari 2011

Bidadari Liar


Akulah si bidadari
yang dengan liarnya
menentang
menerjang
apa yang menghalang
mencari
menuntut
apa yang kusebut kebenaran

Aku sang bidadari
yang menghentakkan sayapnya
menepis
menerpa tantangan
serta ketidakadilan

Mungkin aku si beda
yang tak sempurna
si penentang arus
menantang matahari
si lembut tapi ganas
si penyayang tapi liar
tolong...jangan paksa aku
jangan tentang aku
karena aku si bidadari liar

Mungkin ada saat
di mana sayapku kan patah
darahku kan menetes
bagai peluh
atau jatuh ke jurang
dengan tak berdaya
... tapi
ketika sayap-sayap liarku mulai tumbuh
aku akan terus melawan
... menentang
... menerjang
sampai akhirnya
'ku kan gugur
dalam takdirku yang kejam...

Satu Ons

Ada perjuangan belum terselesaikan di sini...
Dan aku menyerah..
Padahal kata itu aku benci sebelumnya..
Kehilangannya berarti aku tak berarti..
Adakah yang mau memberiku semangat?
Satu ons saja,
pasti nanti akan kubalas dengan satu ton senyuman..
Jangan beri aku tuntutan atau tanggung jawab..
Aku sakit dibuatnya..
Di dalam hatiku, aku takut mengecewakan... sangat amat takut..
Aku takut akan kegagalan..
atau takut dicap gagal?
entahlah..

Ada rasa yang telah perlahan menghilang..
Rasa yang membuat jiwaku meletup-letup
Dahulu percikan itu ada..
Sekarang lambat laun memudar..
Apa ini bukan duniaku?
Nyasarkah aku??
hmmph, nyasar lagi..nyasar lagi...

Aku tidak menikmati semua ini.., tidak lagi...
Aku robot yang menuntut ilmu, bukan manusia...
Salahkah aku merengek sekarang?
entahlah...
Aku putus asa..

Berilah aku asa satu ons saja,
nanti kuberi berkilo-kilo keceriaan...

Rabu, 12 Januari 2011

Anie's First Kiss


       “Selamat ulang tahun, dear Stephanie…!!” Semua orang bergemuruh mengucapkan hal serupa.
Setelah Stephanie meniup lilin angka berbentuk 17, ia memotong kue ulang tahunnya. Ketika ia hendak  mengelilingi para tamu untuk memberi hormat, tiba-tiba matanya ditutup dan diseret keluar rumah oleh seseorang. Sampai di samping rumah, ia membuka matanya.
“Danie?”,serunya seraya terkejut.
Belum sempat hilang rasa terkejutnya, tiba-tiba Danie mengecup bibirnya. “I hope it will be your first kiss, Anie…”
Stephanie meronta ingin segera dilepaskan. Dengan sekuat tenaga, ia menampar laki-laki itu.
Anie berteriak,” Shut up! Selama ini aku betah di sampingmu, karena paksaan orang tuaku. So, jangan macam-macam menyentuhku. Atau kita berpisah saja.”
Danie tertawa, meskipun wajahnya merah padam terkena tamparan dari Anie dan berkata “Aku tau ini bukan ciuman pertamamu. Masihkah kau ingat luka ini?” Danie menunjukkan luka di bagian pundaknya.
Stephanie heran,”Apa hubungannya denganku?”
“Kau tentu ingat anak laki-laki yang jatuh bersamamu dari sepeda dan terpental ke jalanan, hingga kau harus dirawat di rumah sakit karena luka di kepala?”
Stephanie tidak jadi meningglkan Danie dan terbengong-bengong atas penjelasan panjang lebar Danie,”Kenapa kau tau masa kecilku?”
˜¯
“Halo, namaku Anie, oh sorry, Stephanie Steward maksudku.”,katanya sambil memberi hormat kepada tetangga baru.
 Si kecil Anie melakukannya sambil malu-malu di dibelakang rok ibunya.
“Ow, anak Anda lucu sekali Mr and Mrs Steward…dan cantik. Kami adalah keluarga Andrew. Anak laki-laki kami sibuk mengatur barang-barangnya di atas. Namanya Dan. Kau tentu mau menjadi temannya kan, Anie?” Anie hanya mengangguk.
“Apakah kalian mau makan malam di rumah kami?”,tanya Mr Steward.
“Oke, kami akan mengajak anak kami, Dan.”
“Tepat pukul 7, oke?”
 “Yeah!”, jawab keluarga Steward serempak.
Desa Oily Farm terletak di pinggiran kota. Suasananya tenang dan nyaman. Kebanyakan penduduknya merupakan orang kota yang pindah untuk mencari tempat peristirahatan dan ketenangan. Dari sejam yang lalu, rumah keluarga Steward ramai dengan suara piring dan gelas. Kini tepat pukul 7. Semua masakan terhidang di meja dan mereka menunggu kehadiran keluarga Andrew. Mereka datang, tetapi tanpa membawa anak mereka, Dan. Anie sempat kecewa, karena ia pikir malam hari itu ia akan mendapat teman baru.
“Sorry, Anie. Kami minta maaf karena Dan tak bisa ikut malam hari ini karena ia sakit. Tiba-tiba saja perutnya sakit.”,kata Mrs Andrew.
“Tak apa, Mrs Andrew, mungkin sehabis makan malam, Anie harus segera tidur karena besok adalah hari sekolah,”kata Mrs Steward, “iya kan Anie?”.
Anie tak menjawab dan mengangguk pelan.
Setelah makan malam, Anie segera naik ke tempat tidur. Karena belum bisa memejamkan matanya, Anie bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju jendela kamar. Dari jendela itu ia dapat memandang beranda rumah sebelah. Dari balik jendela ia melihat anak laki-laki seusia dirinya sedang berdiri termenung di bernda rumah sebelah. Merasa diperhatikan, anak laki-laki itu memalingkan mukanya ke arah Anie. Jantung Anie berdegup kencang, mungkin karena ketampanan anak itu atau mungkin karena ia kaget.
Anie memutuskan menyapanya,”Hai, apakah kau anak Mr Andrew yang bernama Dan?”
“Yeah, tau dari mana kau?”
“Ibumu yang memberitahuku. Bukankah kau lagi sakit perut? Kenapa ada di luar rumah? Kan udaranya dingin, sebab lagi musim dingin.”
Dengan kasar anak itu menjawab,”Aku tau kalau sekarang lagi musim salju dan itu bukan urusanmu.”, sambil melemparkan gumpalan kertas ke wajah Anie.
Karena kaget, Anie terpekik,”Aku kan hanya menanyakan keadaanmu. Dasar!”
Anie masuk dan kembali dari balik jendela dengan membawa lebih banyak gumpalan kertas. Ia melemparkan gumpalan kertas itu ke wajah Dan. Dan membalas. Semalam suntuk mereka perang-perangan kertas. Tak heran kalau keesokan harinya Anie dan Dan sama-sama sakit flu, karena tertidur di jendela.
“Anie…Anie….maukah kau pergi ke sekolah bersama Dan?”, kata Mr Andrew di depan pintu rumah Anie.
“Okay, Mr Andrew.”, sahut Anie, singkat.
 Setelah Mr Andrew berlalu, Dan berkata,”Halo, gadis bawel! Ayo kita berangkat ke sekolah sama-sama.”
 “Heh, siapa yang kau sebut gadis bawel itu. Aku kan hanya menanyakan keadaanmu. Dasar anak sakit-sakitan!”
Sepanjang perjalanan mereka terdiam sambil mengendarai sepeda masing-masing.
Sampai pada suatu tikungan, Anie dikejutkan oleh suara kasar yang menghardiknya. “Anie, my sweetheart, kenapa kau bersepeda berdua dengan laki-laki asing. Sini, biar kuantarkan kau ke sekolah. He…he…he…. Hei, kau anak baru menyingkir dari sisi Anie atau kau tak akan pernah bersekolah lagi.”
Dan turun dari sepedanya dan mengucapkan suatu yang tak diduga,”Maksudmu aku? Gadis bawel ini hanya mengikutiku ke sekolah. Kalau mau mengantarnya, ya antar saja.”
Anie kaget dan berbisik-bisik di samping Dan,”Oh my God, kamu bodoh banget sih! Itu berandalan di sini. Bukannya membelaku, tapi malah menyerah. Kamu ternyata anak laki-laki yang lemah.”
“Heh, kenapa bisik-bisik? Ayo, ke sini Anie….”, kata berandalan itu sambil menyeret Anie. Anie mulai berteriak-teriak.
“Tunggu dulu, kau kan bilang hanya mengantarkan, bukan memaksanya, bahkan menyakitinya.”,kata Dan pada akhirnya.
“Dasar kurang ajar!”,kata si anak berandalan sambil menyerang Dan.
Mereka bergumul di atas salju. Setelah berguling-guling di atas salju cukup lama, Dan memenangkan pertarungan dengan memar di matanya. Berandalan itu lari dan masih sempat merusak sepeda Anie.
 “Dan, tak apakah kamu ?”,kata Anie sambil mengeluarkan saputangannya,”perlukah kupapah untuk berjalan?”
 “Tak usah, Anie….ups…gadis bawel, maksudku.”
Dengan marah yang dibuat-buat, Anie hendak memukul Dan dengan main-main. Tetapi lapisan es yang licin bekas perkelahian tadi membuat langkah Anie terhenti dan terpeleset dan… Anie jatuh tepat di pelukan Dan.
“Maaf…aku tak tau kalau aku akan terpeleset, Dan. Maaf…” Tiba-tiba ada benda yang hangat menempel di bibirnya. Astaga, Dan menciumnya. Itu ciuman pertama Anie.
“Dasar cerewet, hematlah tenagamu. Perjalanan masih jauh.”, kata Dan setelah mengecupnya, “itu untuk membungkammu adalah alasan pertama. Alasan kedua adalah aku suka padamu……walaupun kau cerewet.”
Anie kaget setengah mati, dan bingung ingin berbuat apa. Ia terduduk diam di atas pangkuan Dan.
“Hei, kau ini berniat menyiksaku ya? Atau kau betah duduk di atas pangkuanku? Anieeee….!”
 Tanpa berkata apa-apa, Anie bangkit dari duduknya. Ia meneruskan perjalanan bersama Dan dengan berjalan kaki. Ajaib sekali, Anie jadi anak pendiam hari ini di sekolah.
Anie akhirnya berboncengan dengan Dan dan kini telah setengah perjalanan pulang ke rumah. Sepeda Anie rusak karena kejadian tadi pagi. Ketika sampai di tikungan yang licin karena bersalju, ban sepeda Dan terpeleset lalu mereka berdua jatuh ke tanah. Tubuh Anie terpental ke tanah dan kepalanya terantuk jalanan berlapis es. Sedangkan bahu Dan terkena setir sepeda. Dan memutuskan untuk meninggalkan sepedanya dan pulang berjalan kaki sambil menggendong Anie yang tak sadarkan diri. Tenaga Dan terkuras dan jatuh pingsan di depan pekarangannya.
˜¯
“Dan? Dan Andrew?”,tanya Anie.
“Benar, akulah Danie Andrew. Setelah kecelakaan itu, keluargamu pindah untuk pengobatanmu di kota. Kamu mengalami gagar otak ringan dan sebagian memory masa lalumu hilang begitu saja. Aku telah mencarimu ke mana-mana. Sorry, aku hanya ingin memberimu kejutan dengan menyamar , tapi ga nyangka kamu akan marah seperti ini,”jawab Dan sambil mngeluarkan cincin dari dalam sakunya dan sambil bertanya,”Maukah kau menjadi…”
Ucapan Dan terhenti seketika, saat bibirnya tertahan oleh kenangan masa lalunya. “Sstttt…kamu udah cukup banyak cerita hari ini. Dasar laki-laki bawel. Ini kulakukan untuk membungkammu,”bisik Anie ,”adalah alasan pertama dan karena aku mengiyakan permohonanmu adalah alasan kedua….meskipun kau adalah laki-laki yang cerewet.”  

THE END

Izinkan Aku Menyayangimu

Satu jam telah berlalu. Kemarahan Vika sudah terkumpul di kepalanya, seperti gunung berapi yang ingin meletus. Sudah satu jam lebih, Vika menunggu Linggar di depan sekolah.
{ { {
Beberapa jam yang lalu, pagi-pagi sekali, Vika sudah berbenah, bersiap-siap berangkat ke gelanggang olahraga. Ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler renang. Belum sempat Vika menyimpul tali sepatunya, salah seorang temannya lewat. Vika melongo.
Temannya yang memakai celana jeans, t-shirt putih, dan sandal jepit itu menyapa, “Hai, Vika! Sibuk amat! Ke rumahku yuk!”
Sambil memasang tampang kecut, Vika membalas, “Kamu ngigau ya? Tiga puluh menit lagi kita kan mau berenang!”
Temannya tertawa terbahak-bahak. Lima menit kemudian semua mejadi jelas.
”Kemarin, waktu kamu latihan karnaval, ada pengumuman bahwa kegiatan renang diliburkan. Maaf ya, aku telat ngasih tau kamu,” kata teman Vika.
Setelah temannya pulang, Vika segera mengangkat telepon, menekan nomor-nomor yang ia hapal luar kepala, yaitu nomor telepon Linggar. Sebelum ia diberi tahu temannya bahwa kegiatan berenang libur, Vika membuat janji dengan Linggar. Buku Vika belum dikembalikan oleh Linggar selama kurang lebih seminggu. Dan besok, buku itu akan dipakai Vika untuk mengerjakan tugas. Linggar ingin menemui Vika seusai berenang.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang di tepon, ”Halo?”
“Hai, Linggar. Aku Vika.”
“Oh, ada apa?”
“Kegiatan berenang libur. Apa aku bisa ngambil bukuku lebih awal? Kalo nggak salah alamatmu di jalan Manggis kan?”
“Wah, lebih baik kamu nggak usah ke rumahku aja deh! Aku aja yang ke rumahmu. Tapi masalahnya, aku nggak tau rumahmu. Rumahmu sebelah mananya stadion sih?”
“Duh, susah juga njelasinnya. Gini aja, kita ketemuan di sekolah. Gimana?”
“Oke.”
“Jam berapa?”
“Terserah kamu aja!”
“Gimana kalo jam 09.00?”
“Jangan! Lebih baik jam 09.30.”
“Oke, aku setuju.”
“Bye, Vika!” Linggar mengakhiri percakapan itu.
Sambil bernyanyi-nyanyi riang, Vika memilih baju di kamarnya. Vika baru setengah tahun duduk di bangku SMA. Dan baru setengah tahun pulalah ia berkenalan dengan Linggar. Meskipun begitu, terbesit sedikit rasa suka di hati Vika. Apalagi mereka duduk dalam satu kelas dan setiap hari bertatap muka. Sikap sok akrab Linggarlah yang membuat hati Vika kadang-kadang berdebar tak karuan. Padahal seringkali Vika melihat Linggar sok akrab dengan cewek-cewek lain di sekolahnya, yang jauh lebih cantik daripada Vika.
Sekarang Vika sedang memoleskan lipstik ke bibirnya di depan kaca. Setelah membereskan segala keperluannya, Vika menemui kedua orangtuanya untuk meminta izin. Ketika akan menyapa ibunya, tiba-tiba hp-nya berbunyi. Hm, rupanya bunyi sms. Setelah dibuka, ternyata sms itu dari Linggar. Bunyinya:
TO. VIKA. SORY, MUNGKIN AKU GA BISA DATANG TEPAT WAKTU. AKU MASIH HARUS NGANTAR SI TIO PULANG. DAN, KAMU TAU SENDIRI KAN KALO RUMAH TIO JAUH BANGET. NANTI, KALO AKU UDAH SAMPAI DI DEPAN SKUL AKU KABARI DEH. SORY!
Sekali itu amarah Vika dapat ditahan. Sesudah itu, Vika terduduk diam. Tepat satu jam kemudian, tangan Vika sudah gatal ingin mengetahui kabar si Linggar. Dengan kecepatan super, ia mengetik sms dan mengirimkannya.
LINGGAR, KAMU DI MANA SIH?
Tidak ada balasan. Vika mencoba menghubungi Linggar. Satu kali. Tak ada balasan. Dua kali. Masih belum ada balasan. Sampai akhirnya setelah mencoba untuk yang keenam kalinya, Linggar baru membalas sms Vika.
YA, NTAR …30 MENIT LAGI, OK?
Bergegas Vika meminta antar abangnya ke sekolah. Kurang dari sepuluh menit kemudian, Vika sudah duduk di belakang abangnya yang mengendarai sepeda motornya. Belum sampai setengah kilometer, sepeda motor abang Vika mogok dan berhenti di samping trotoar, setelah tersendat-sendat sejauh beberapa meter. Vika merasa ialah orang yang paling sial di dunia. Tapi abangnya menghiburnya dengan cara memanggil tukang becak yang kebetulan lewat di dekat mereka. Jadilah Vika naik becak menuju sekolahnya. Rupanya kesialan masih mengikuti Vika. Baru lima belas menit Vika menikmati perjalanannya, salah satu ban becak bocor. Mau tak mau, Vika turun dari becak dan melanjutkan perjalanannya yang tersisa sekitar satu kilometer. Vika harus menghemat uangnya karena ia tak membawa banyak uang untuk pulang. Sinar matahari yang menyengat menambah warna merah padam wajah Vika.
Setelah lama berjalan, Vika akhirnya sampai di depan sekolahnya. Ia mellihat jam tangannya. Ia terlambat lima belas menit dari perjanjiannya dengan Linggar.
{ { {
Suara deru mesin mengacaukan lamunan Vika. Lama ia melamun, membayangkan kembali apa yang ia lakukan sedari pagi sampai satu jam yang lalu. Dan Linggar belum tampak batang hidungnya. Kedua kaki Vika terasa pegal, kausnya telah bersimbah keringat, kerongkongannya kering, serta lelah dan pegal telah merasuki badan Vika. Sambil menunggu Linggar, Vika mencoba mencari kesibukan, yaitu memikirkan serentengan dampratan yang akan ia utarakan pada Linggar.
Akhirnya, apa yang diantikan Vika tampak dari kejauhan. Linggar dengan tenang mengendarai sepeda motor birunya. Ia mengerem mendadak di depan hidung Vika.
“Halo, Vika! Udah lama nunggu, ya?” katanya tenang.
Vika diam saja sambil menatap tajam pada Linggar.
“Bukan salahku, sih. Si Tio itu lho, dasar…udah capek-capek aku antar…eh, ia malah ngajak aku main PS,” kata Linggar sambil memasang tampang sok imutnya, seperti yang ia tampakkan selama 6 bulan ini di depan Vika.
Vika sudah tak tahan lagi.
“Wah, baguslah kamu masih hidup…. Aku kira tadi kamu udah masuk UGD karena kecelakaan sejak 1,5 jam yang lalu. Kenapa sih kamu capek-capek ke sini buat ngembaliin bukuku. Di sana aja, di rumah Tio. Kamu bisa main PS sepuasnya atau… pacaran aja sama Tio. Serasi tuh kayaknya!” damprat Vika panjang lebar.
“Ya terserah apa katamu. Aku minta maaf deh, Vik!” kata Linggar sambil memelas.
“Maaf aja ya! Aku udah bosan ndengerin kata maaf, maaf, dan maaf. Selama ini kamu aku maklumi, karena…karena…karena…aku suka kamu. Tapi semenjak tadi pagi semua berubah. AKU BENCI KAMU!!! Kamu udah cukup ngrepoti aku. Dasar laki-laki nggak punya tanggung jawab. Mungkin, cewek yang mau jadi istrimu bisa mati mati sengsara gara-gara sifatmu!” kata Vika sambil memasukkan buku catatannya ke dalam tas.
Setelah itu, Linggar ia tinggalkan sendiri dengan mulut ternganga.
{ { {
Linggar mulai menyadari kesalahannya. Ia merasa menyesal dan bersalah pada Vika. Tapi, rasa yang ada di dalam hatinya melibihi rasa sesal dan mungkin ia telah jatuh cinta pada gadis yang telah berani mengritik dirinya. Semenjak saat itu, Linggar berusaha uantuk mengubah sikapnya yang sok imut, hobbinya melanggar janji, dan kebiasaannya yang sok akrab pada semua cewek di sekolahnya. Ia memikirkan semua yang pernah dikatakan Vika padanya. Bahkan, ia mencoba mendekati dan memperhatikan Vika.
Suatu malam saat Vika mulai terlelap, tiba-tiba hp-nya berbunyi, tanda ada pesan masuk. Sambil setengah terpejam dan tenaga yang tersisa lima watt, ia membaca sms itu. Ternyata, sms itu dari Linggar.
MET MALEM, VIK! LAGI NGAPAIN? UDAH TIDUR,YA?
“Puih, ngapain juga anak ini sms aku. Dasar! Memangnya kalo aku nggak lagi tidur, terus lagi ngapain? Memangnya aku lagi ronda?! Anak kurang kerjaan, ngabisin pulsa aja. Mana ganggu orang tidur! Bisa lihat jam apa nggak sih?!!” damprat Vika dalam hati.
Lalu, dimatikannya hp itu, tanpa membalas sms Linggar.
Begitulah yang terjadi antara Vika dan Linggar. Vika tidak pernah lagi menghubungi bahkan membalas sms Linggar. Saat di sekolah, Vika berpuasa bicara dengan Linggar. Di lain pihak, Linggar tak berputus asa. Dia menyelidiki apa saja yang berhubungan dengan Vika, hingga pada akhirnya ia menemukan gagasan cemerlang.
Suatu pagi di sekolah, Linggar sudah mempersiapkan segala peralatan untuk memanjat wall climbing di sekolah. Selain peralatan memanjat, ia membawa megaphone di pinggangnya. Setelah bel istirahat berbunyi, Linggar mulai memanjat dan ketika ia mencapai puncak wall climbing, ia berteriak-teriak memakai megaphone.
“Vika, aku pingin bilang sesuatu!!! Vik, sebenernya selama ini aku nyembunyiin sesuatu dari kamu!” teriaknya lantang.
  Tak ayal semua murid yang mulai keluar dari kelas serentak menuju lapangan di mana wall climbing berada. Semua tertarik dengan kata-kata yang diteriakkan Linggar, termasuk Vika dan teman-temannya.
“Vika, aku cuma pingin bilang kalo AKU CINTA KAMU!!!”
Vika terkejut.
“Vik, aku tau dulu kamu suka ama aku, makanya….”
Kini Vika bertambah terkejut. Wajah Vika memerah karena malu.
“Tapi, sekarang aku benci kamu!” kata Vika menyanggah.
“Aku minta maaf! Aku menyesal. Aku mohon terima cintaku. Kalo kamu tetap benci ama aku, lebih baik aku lompat dari sini!”
“Terserah kamu mau ngomong apa, aku nggak peduli!!” bentak Vika.
Suasana di sekitar menjadi semakin ramai. Vika malas melanjutkan perdebatannya dengan Linggar dan beranjak meninggalkan lapangan. Ketika melihat itu, Linggar menyerah, dan saatnya melaksanakan rencana kedua. Linggar menuruni wall climbing, pura-pura terpeleset, melepaskan tali pengaman, dan berteriak. Lalu ia terjatuh dan berakting tak sadarkan diri. Semua orang di lapangan yang menyaksikan ikut berteriak.
Vika yang mendengar jeritan Linggar, secara spontan menoleh dan langsung berlari menuju tubuh Linggar yang tergeletak di tanah.
“Gar, Linggar, kamu kenapa? Iya, aku maafin kamu… Sadar dong, Gar!” kata Vika denagan wajah pucat pasi.
Masih belum ada reaksi apa-apa.
Vika mengulangi perkataannya lagi, “Linggar, aku bener-bener udah maafin kamu.”
“Bener nih, kamu maafin aku?” kata Linggar sambil membuka sebelah mata dan tersenyum.
“Kurang ajar! Jadi ini cuma sandiwara? Kamu mempermainkan aku, ya?!!” , wajah Vika yang pucat pasi telah berubah menjadi merah padam, “ Kamu ingin mempermalukan aku di depan semua orang, kan!!!”
Vika semakin marah dan kepala Linggar yang semula ia letakkan di pangkuannya, ia jatuhkan ke tanah. Linggar mengaduh dan segera bangkit untuk mengejar Vika.
“Nggak, Vik…aku nggak bermaksud seperti itu!” katanya sambil menarik lengan Vika.
“Lepasin! Aku kan sudah memberi kamu jawaban. Mana bisa aku cinta ama kamu, kalo perasaanku dipenuhi kebencian tentang kamu!”
Vika menyentakkan tangannya, lalu berlari menuju kelasnya. Pada malam harinya, Vika tidur dengan bantal yang basah.
{ { {  
Tiba-tiba Vika terbangun oleh sebuah sentakan di bahunya. Rasanya sudah sewindu ia tertidur.
“Dokter… dokter… tolong kami…!!!” terdengar suara seseorang yang gugup.
Dengan setengah terkejut, Vika melompat bangun dari kursi jaga. “Ada apa, sus?”, tanyanya dengan mata setengah terpejam.
“Ada seorang polisi yang terluka…”
“Kenapa dia?” tanya Vika sambil menyambar stetoskop dan berlari ke ruang gawat darurat.
“Tertembak ketika akan menangkap perampok”, kata orang itu.
Vika mempercepat langkahnya, tetapi tak lama kemudian dia segera berhenti ketika melihat wajah korban itu. Dia merasa sudah akrab dengan wajah itu, bahkan di balik lumuran darah dan seragam penegak keamanan. Matanya terbelalak.
Ditunjuknya pasien itu,”Siapa namanya?”
Suster yang ikut bersama Vika segera membaca identitasnya yang tertempel di dadanya,”Linggar Gumilang….”
Seperti disengat lebah, Vika menjerit lalu segera diperiksanya denyut nadi orang itu dan luka di tubuhnya. Tak terasa air matanya meleleh.
“Dokter, anda kenapa? Dokter mengenalnya? Dokter….”
Vika tak mempedulikan kata-kata orang di sekelilingnya. “Ini dia… ini Linggar….”,katanya setengah berbisik. Dia tetap memeriksa dan mencoba membuatnya sadar.
Kata-kata seorang suster menyadarkan Vika, ”Dokter, dengarkan dulu… dia hanya tak sadarkan diri. Kami sudah memeriksanya, hanya ada luka serempet peluru, memar, dan luka lecet.”
Vika menghentikan kesibukannya sejenak dan mencoba mencerna kata-kata perawat itu.
“Lalu darah siapa ini?” ia menunjuk wajah dan baju Linggar.
“Darah rekannya yang tewas tertembak.”
Setelah beberapa detik, Vika tersadar, sedangkan para perawat telah mengangkut polisi itu keluar dari UGD menuju ruang perawatan. Segera disongsongnya mereka.
Yah, inilah Vika yang sekarang, setelah lulus dari universitas kedokteran, dia bekerja di sebuah rumah sakit kabupaten. Sepi memang, tapi dia tetap setia menjalankan tugasnya. Rumah sakit ini hanya mempunyai beberapa dokter ahli. Dan Vika salah satunya yang berjaga semalam suntuk untuk hari ini.
Setelah menyelesaikan pengobatan Linggar, Vika membalut lukanya, dan membawanya ke ruang pasien. Saat itu malam telah larut dan badannya terasa lelah.
Tanpa ia sadari, dia tertidur di samping Linggar sambil menggenggam tangannya. Entah berapa lama, tetapi yang jelas, saat dia terbangun, dia merasa hangat berbaring di atas sofa dan selimut yang menutupi badannya.
“Sofa? Selimut? Lho, bukannya tadi…”,tanya Vika dalam hati.
Pandangannya merayap ke arah tempat tidur pasien. Linggar lenyap. Ia mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Tetap, tak ada siapa-siapa.
“Dimana dia?”
Vika segera bangkit dari sofa dan memanggil Linggar. Dia beranjak ke luar kamar dan menengok ke kanan-kiri. Di luar tampak lengang. Tiba-tiba dari belakang terdengar langkah terseok-seok. Dialihkannya pehatiannya.
Polisi itu berjalan dengan menyeret satu kaki,” Maaf ya, tapi pahlawan kayak aku juga butuh pergi ke toilet! Ngomong-ngomong, sudah lama tidak…”
Vika segera berlari dan menubruknya. Tak disangka, Vika memeluknya erat-erat. Erat sekali… sampai Vika dapat merasakan setiap tarikan napasnya.
Tiba-tiba Linggar berkata,”Aduh… rasanya nafasku sesak, Dok!”
Vika tersadar dan segera melepaskan pelukannya.
Setengah malu Vika membantah,”Maaf ya, tadi aku cuma cemas. Lagi pula aku nggak mau dimarahi pacarmu.”
“Siapa pacaran ama siapa sih?”, bantah Linggar, “Seharusnya aku yang takut ama cowokmu. Ntar aku bisa masuk UGD lagi.”
“Ye, siapa yang punya pacar. Aku kan jomblo kualitas tinggi gitu loh!” balas Vika.
Tiba-tiba mereka terdiam sesaat.
 “Kenapa jadi membahas hal begituan sih?” hati Vika bertanya. Dia merasa gugup, lalu dibalikkan badannya, hendak keluar.
“Tunggu… “,kata Linggar sambil meraih tangan Vika. Badan Vika ditariknya menuju tempat tidur pasien. Dia memaksa Vika tidur dengan penuh kelembutan. “ Kamu nggak boleh pergi. Badanmu panas, kamu harus istirahat. Kamu pasti terlalu banyak kerja.”
Vika kaget, ”Kamu yang seharusnya istirahat. Lagipula tahu darimana kalau badanku….”
“Ssst, jangan cerewet! Tidur aja di tempat tidurku. Kalo kamu sakit, gimana pasien yang lain?”
“Jadi,….”
“Aku yang memindah kamu ke sofa. Aku rasa badanmu makin panas waktu kamu memeluk aku tadi.”
“Tapi, Gar….”
“Ssshhh! Tidur aja deh!! Aku ga apa-apa kok. Makasih banyak, ya?!”
“Kalo boleh aku tanya, kenapa kamu perhatian ama aku? Bukannya dulu kamu suka membuat aku marah dan menderita?”, tanyaku memaksa.
Mata Linggar yang tajam menatap Vika lekat-lekat, tetapi dia tak berani membalasnya, hingga Vika menunduk,”Gila, wajahnya masih seperti yang dulu dan aku berdebar-debar. Ayo, dong… jangan salah tingkah kayak gini!”
Linggar berusaha menahan napas. Lalu tangannya yang hangat menyentuh wajah Vika dan mendongakkan kepala Vika kearahnya. Ketika tatapan mereka bertemu, ia berkata, ”Karena itulah aku menyuruhmu beristirahat, karena aku nggak mau kehilangan cewek yang aku sayangi. Yang dulunya aku biarkan terluka. Dan sekarang, aku mau mendampingi cewekku, terutama ketika dia lagi sakit.”
{ { {
Satu tahun kemudian…
Vika masih terbaring lemah di atas tempat tidur di rumah sakit. Linggar masih berada di sampingnya sambil menggenggam tangannya. Vika merasakan kehangatan dan hatinya tenang sekali. Melihat Vika tersadar, Linggar segera mengecup kening Vika.
Dia berbisik,”Sayang, anak kita kembar, laki-laki dan perempuan. Aku sayang kamu, Vik!”
Vika tersenyum dan berkata,”Aku selalu sayang kamu, Gar! Bahkan sejak lama, sebelum kamu tahu.”
Dan cinta yang tertunda antara dua insan itupun berakhir bahagia.