Rabu, 08 Juli 2015

Laki Laki Pemancing

Pada saat ini ditulis, aku sedang berada di bangku sebuah kereta ekonomi jurusan malang-madiun. Naik transportasi umum punya sisi menarik, yaitu aku bisa mengamati orang-orang yang seperjalanan denganku. Tidak hanya pemandangan hijaunya sawah, birunya langit, tapi ada mahluk-mahluk hidup di sekitarku yang rasanya sayang jika tidak diobservasi. Hehee..

Kali ini fokusku ke arah dua laki-laki kecil yang aktif sepanjang perjalanan. Hampir kursi segerbong dijadikan tempat bermain, tak luput juga kursi kosong di depanku, yang sengaja ditinggal pemiliknya untuk mencari tempat tenang dalam membaca novel.
Balik ke kedua lelaki mungil itu. Mereka begitu aktif karena dua hal, sepanjang pengamatanku. Pertama, mereka nggak puasa. Hehee.. Kedua, ibunya antara tampak kelelahan atau memang dasarnya terlalu kalem.
Setiap menjumpai hal baru, selalu dipertanyakan oleh salah satu di antaranya, entah si abang atau adiknya. "Kenapa keretanya bergerak?"
"Kenapa ada goncangan?"
"Kenapa kok terpenggal?"
Aku langsung kepikiran kasus yang melibatkan tubuh manusia.
Eh ternyata, "Kenapa gerbongnya terpenggal, buk?"
Oke. Bernafas lega.
😂😂😂

Lanjut..
Sampai suatu ketika, aku memutuskan mengisi sepertiga perjalanan dengan ngegame. Rencananya, waktu di tengah kesendirian ini, heleh, akan kubagi antara ngegame dan membaca. Ternyata malah nulis. Wkwkwkwk.
Pada saat ngegame, suara smartphone sengaja kubiarkan normal. Suara zombie, "rawr rawr rawr!" dan "plok! Plok! Plok!" dari peashooter ternyata menarik perhatian kedua lelaki itu. Ibunya sukses memberi perintah untuk duduk. Sukses dilanggar! Hahaa.. Kubiarkan saja, toh mereka nggak ganggu. Cuma melihat, tidak meminjam. Mereka akhirnya bosan, dan pergi menjajah kursi lainnya.
Ketika aktivitas gaming kuhentikan karena sibuk bercanda dengan teman-teman via chat, si adek datang lagi. Melihatku dengan penasaran.
Akhirnya kuputuskan untuk membaca. Kakiku kuangkat ke kursi depan karena lelah. Kali ini si adek nekat..hmm, bukan ingin tau rupanya, tapi ingin sedikit perhatian dariku. Dia memaksa berdiri. Duduk. Berdiri. Tiduran. Menggusur-gusur kakiku semaunya.
"Duh, dek.. Surgamu ada di telapak kaki ibumu itu lhoo.. Bukan akuu.." 😂
Dan aku tetap diam dan mengamati.
Sampai suatu ketika, entah apa yang ia rasakan, dia menggebrak meja kecil di depanku.
Kaget sih, tapi aku tetap tenang.
Akhirnya dia kembali ke kursinya. Tiduran, tapi tetap ngliatin aku. Ampun deh. Apa maunya coba.. 😅
"Aku bukan ikan, dek.. Jangan mancing-mancing deh.." 😂

Dannn..
Seketika terlintas semacam metafora.
Lelaki yang belum dewasa akan memancing..terus memancing untuk mendapatkan perhatian. Padahal ia punya kemampuan berbicara atau bertindak, bukan lagi seperti bayi yang hanya ngode-ngode ke ortu pakai tangisan rewel.
Orang tua aja masih bingung memahami maksud anaknya, apalagi orang lain yang bukan siapa-siapanya? 😆

Lelaki, tolong berperilakulah sesuai usiamu.

---------------------------------
"Buk, ini udah Surabaya??"
"Bukan ke Surabaya, nak.."
"Mana Surabayanya? Udah lewat?"
"Kita ndak ke sana."
"SURABAYANYA MANAA??"

Oke, iyain aja deh biar cepet.. 😂😂😂
Sampai jumpa di postingan selanjutnya yaa..