Kamis, 12 September 2019

Yatim Piatu

Olah rasa siang ini. Saat air mata ingin menetes di keramaian..
...
Menjelang 1 Muharram, aku dan teman-teman menghadiri istighosah oleh institusi. Aku dasarnya yang pethakilan langsung menyodorkan kepalaku ke arah teman-teman wanita saat mendengar,"Pas Suro ada anjuran mengusap kepala anak yatim........"
Kontan aja, nggak kredit ya wkwk, teman-teman langsung tertawa dan mengusap dengan kekuatan lebih. Bisa dibilang melampiaskan dendam, alias lebih ke kudu ngeplak daripada keberkahan dari Gusti Allah. Hahaha.
...
Beberapa hari lalu saat ada pendataan anak yatim dari pemerintah melalui RT, Bu RT sibuk meminta data anak yatim melalui grup whatsapp. Grup bagaikan angin musim kemarau khas negara di garis khatulistiwa. Kering dan panas. Tak ada satupun yang menjawab. Lalu satu ibu mulai mengajukan nama tetangganya, ganti yang satunya lagi, agak lama ada satu nama lagi. "Ayo..ayo.." batinku sebagai penonton yang tidak hafal nama anak kecil di sekitarku. Beberapa di antaranya anak titipan ke yangkung dan yangtinya, yang ku tak tau menau kondisi ayah ibu kandungnya. Tapi semuanya berakhir saat satu ibu mengajukan dirinya sebagai anak yatim piatu. Semuanya tiba-tiba kacau bagai pasar. Beberapa ibu mengajukan diri, sampai akhirnya Bu RT menyampaikan info tambahan usia maksimal 15 tahun.
Lalu sepi.
...

Oh, betapa tidak tau dirinya seseorang yang selalu minta dikasihani. Jika di atas langit masih ada langit, maka di bawah ketidakberuntungan akan ada kemalangan yang lebih. Atau jika kita melihat ini sebagai sebuah rancangan "kesempurnaan", maka setiap orang akan merasakan kesempurnaan sesuai rasa syukurnya. Akan ada bopeng dan kekurangan di sana sini di setiap diri manusia, tapi barangkali itu tidak akan dirasakan karena tertutup rasa cukup.
Akan ada saatnya seseorang merindukan ayah ibunya, tapi bukan menjadi alasan untuk bermanja-manja sepanjang waktu. Karena jika itu dilakukan, siapakah yang akan menjadi orang tua bagi adik-adik yatim piatu lainnya? Siapakah yang akan melanjutkan perjuangan ayah ibu, jika terus sibuk mengasihani diri? Anak kandung selayaknya juga jadi anak ideologis. Mengingat sejarah para tokoh dan anak keturunannya yang banyak gagal waris nilai-nilai kebaikan, mengapa aku menyerah? :)

#zelfbestuur #aksi
Madiun, dari balik meja, saat merindu orang tua, mengintisari buah pikir guruku, hingar bingar Aku Lala Padamu, dan seabreg kontemplasi.