Minggu, 12 April 2015

Tentang Pembalasan

"Berhenti jd cermin, nona! Jika kamu beriman, percayalah Allah Maha Mengetahui. Tiap getaran dari niat jelek akan dikembalikan oleh semesta."

Aku marah hari ini.
Kepada diriku sendiri.
Kepada sifat melankolis, yang mampu mencatat secara detail "kapan dan dengan cara apa kau menyakiti perasaanku.. dimana.. siapa saksinya.. dan dampaknya..".
Kepada sifat cerminku, yang mampu menjadikanku sayang.. sangat sayang pada orang yang begitu baik hati padaku.. Dan membalas jutaan kali lebih menyakitkan ketika ada orang yang menyakitiku..dan orang yang kusayangi.

Aku yang semakin menua tiap harinya..
Mengapa sifat ini tak kunjung lenyap juga.
Seharusnya aku sadar, ketika aku beriman atas adanya Tuhan, aku tak perlu lama merasa sakit hati.. karena suatu hari pasti akan diganjar dengan tawa. Aku akan menertawai kegalauanku hari ini.
Kalau aku beriman kepadaNya, aku tak perlu repot-repot membalas. Mengapa aku meragukan kekuatan getaran semesta dengan gelombang karmanya? Aku kok kayak orang bodoh.. yang nggak pernah baca buku tasawuf modern aja.. yang nggak pernah diberi nasihat oleh orang-orang dengan kualitas EQ dan SQ super.
Kalau aku diberi kelebihan berupa "kesetiaan, kejujuran, dan keinginan untuk membantu orang", mengapa aku merusak nikmat itu hanya gara-gara perlakuan mahluk-mahluk utilitarian?
Kalau aku mengakui diriku manusia, punya akal, nafsu, nurani... mengapa aku malah membalas "sifat hewan: makan atau dimakan" dengan menjadi hewan pula? Aku manusia!

Mengapa aku tak fokus untuk melakukan kebaikan? Mengapa aku membiarkan nuraniku..hartaku sebagai manusia tergores oleh mahluk-mahluk tak bertanggung jawab... dan kubiarkan meledak karena menyimpan rasa sakit?
Bukannya Tuhanku melarang untuk menyakiti diri sendiri?
Sudahlah, maafkan... meskipun file-file itu tersimpan rapi untuk menjadi pelajaran... memaafkan, bukan berarti melupakan. Itulah mengapa ada seorang kawan yang percaya bahwa "karma berlaku dua arah".
Perbuatan pelaku akan merubah hidup korbannya.
Bagiku, ini kesempatan untuk memanfaatkan karma itu untuk jadi lebih dewasa.
Bukankah aku berjanji untuk menjadi semakin cantik setiap harinya?


"Ayo, nona.. Kamu bisa! Hidup itu terlalu singkat..untuk hanya menyimpan sakit hati."

Dariku, untukku,
yang sedang diseret untuk maju.