Rabu, 29 Januari 2014

Puzzle

Dulu, aku pikir suatu hubungan bisa berjalan karena adanya persamaan.
Hanya itu.
Tak terpikirkan olehku akan adanya perbedaan yang mungkin “baru-akan-diketahui” saat menyelaminya.

Kemudian, masih di jaman lampau, aku sadar anggapan itu salah. Kau tau kan, undang-undang mengalami amandemen, buku ada edisi revisi, manusia ada yang namanya pedewasaan. Kau-yang-hari-ini seharusnya adalah revisi-kau-yang-kemarin, karena yaa... beberapa kejadian dalam hidup.

Oiya, lanjut dari bahasan utama yaa...

Aku kemudian berpikir, ini semua bukan soal persamaan dan perbedaan, tapi kecocokan. Ibarat kepingan puzzle yang bentuknya nggak sama, tapi bisa nyambung. Klik! Saling mengisi... mengerti... paham. Nggak klik, ya nggak cocok. Kepingan seperti itu takkan bisa menyatu.




Lalu terbayangkan olehku, bagaimana jika kedua sisinya nggak klik, gara-gara salah mengambil sudut pandang? Sisi yang cocok tersembunyi. Kalau saja diputar sedikit dengan probabilitas yang ada, pasti ada kecocokan. Toh, ada petunjuk gambar atau gradasi warna.

Ada apa di sana? Kesabaran dan toleransi.


Ada kesempatan untuk mencoba, dan ada dua kemungkinan: gagal atau berhasil. Kau takkan pernah tau sebelum mencoba salah satu dari kepingan yang berserakan.

Di sini, ada pelajaran ikhlas dan tidak putus asa. Agar harapan menemukan yang cocok tak terputus.


Kemudian, pengandai-andaianku menemukan sesuatu yang agak pedih.
...andai dua sisi yang tidak cocok dipaksa bergabung, maka salah satu atau keduanya pasti akan rusak. Sakit.
...andai keping yang satu diputar terus menerus tanpa diikuti yang lainnya, maka kecil kemungkinan ada kecocokan di sana. Padahal menemukan dan ditemukan adalah usaha kedua belah keping.

Iya, ada kalanya mundur itu lebih baik daripada hancur. Sakit sekarang lebih baik daripada mengumpulkan rasa sakit itu sendiri. Toleransi manusia, sayangnya, terbatas.


Bagaimanapun, kehidupan adalah rangkaian kepingan puzzle. Terhubung satu sama lain. Trial and error.
Kau tak kan paham gambar dari hidupmu, rencana kesuluruhan penciptamu, jika tak menyusun kepingannya hingga selesai. Sedangkan permainan yang cepat selesai itu nggak seru, menurutku.
Ada pelajaran menikmati proses di sana.



Kalau kau-yang-membaca-ini mengerti, berarti kau cukup dewasa.


Dariku,


Yang sedang belajar (makin) dewasa.

0 komentar:

Posting Komentar