Jumat, 20 Desember 2013

Kenangan: Pemanis Hujan



Terjebak hujan (lagi). Di tempat yang sama saat aku nulis Cerita Hujan beberapa bulan lalu. Kali ini aku memilih untuk berdiri di luar, bukan menunggu di food court maupun kedai di deretan depan mall. Entah kenapa, aku memutuskan berhadapan langsung dengan hujan. Kurang dari semeter, aku bisa menyentuhnya. Harusnya membosankan. Berkat mobil berpelat N bla bla bla AK, aku sukses melamun. Hihi. Sekarang aku tau kenapa hujan identik dengan penggalauan. Derasnya hujan kadang bikin kita terjebak, terdiam, menjadikan kenangan sebagai satu-satunya bagian dari kita yang bekerja lebih giat daripada yang lainnya.

Plat N. Malang. Kota yang lama tidak kujenguk. Aku merindukannya.
Aku merindukan... hmmm..., kotanya?
Kota?
Seandainya sahabatku tak tersisa satupun di sana, apakah aku akan kembali?
Seandainya tak ada satupun yang menemaniku berkeliling, apakah aku masih tetap bahagia?
Setelah dihujani kenangan pahit di sana, apakah aku masih bisa tersenyum saat kembali?
Apa yang sebenarnya yang aku rindukan? Kenangan yang lalu?
Di saat aku terjebak di gedung ekonomi bersama teman-teman? Dimana sebagian dari kami lapar, mungkin mengantuk, juga lelah, menantikan langit berbelas kasihan untuk mengerem tangisnya?
Saat aku meringkuk di bawah payung dalam perjuangan pulang ke kos yang lumayan jauh jaraknya?
Ngobrol saat mengantri membeli makanan, lalu makan beramai-ramai, “tidak penting kemana tapi bersama siapa”?
Saat aku mendengar sapaan dari teman sekostku yang baru pulang kuliah? Saat kami mengerjakan tugas bersama, dimana lebih sering bercandanya daripada seriusnya?
Saat aku sok menyusup ke fakultas lain?
Seandainya semua yang kurindukan ternyata berubah, apakah ada kelegaan ketika aku bertemu?
Apa yang aku rindukan?
Karena jika kau merindukan seseorang, kau harus siap menerima segala perubahannya setelah sekian lama tak berjumpa.
Karena jika kau merindukan tempatnya, kau harus siap berpetualang sendirian, maupun bersama orang asing.
Jadi, apa yang kurindukan? Kenangan?
Kenangan itu kompleks, mengembalikan kejadian. Ada orang, tempat, dan keadaan. Yang tersulit untuk direka ulang. Karena hal sama sulit untuk terulang kedua kalinya.
Apa yang sebenarnya kuinginkan? Menciptakan kenangan baru di sana?
Kenangan baru? Oke, kedengarannya bagus.
Jika aku telah memilih bahagia, harusnya aku akan bahagia dengan “apa ada”nya.
Kenangan oh kenangan. Kamu memang pemanis hujan.

Udah ah. Gini ini kekurangannya jadi dewasa. Jadi banyak seriusnya. Kata-katanya jadi dominan menyayat perasaan. Saatnya dinetralisir dengan menjahili orang. Dan ngakak. #kaburkedunianyata :D
Ketemu lagi di postingan selanjutnya yaa~ :)

0 komentar:

Posting Komentar