Hai, Takita!
Halo juga para sahabat yang ikut membaca surat ini…
Salam ceria selalu!
Kenalkan…, kakak biasa dipanggil Ela, jadi Takita bisa
panggil Kak Ela.
Kakak yakin setiap orang punya cerita. Dan semuanya unik.
Termasuk cerita Takita…, dan tentu saja punya kakak. Hahaha.
Dari nama blog ini (anak manis punya cerita) dan sekilas kalimat sambutan, kakak yakin Takita pasti mengira kakak adalah orang yang cereweeet sekali. Sekarang itu benar! :D Dulu, lain lagi…
Kak Ela termasuk anak yang diam dan kurang ceria saat batita.
Kakak berhasil menumbuhkan percaya diri melalui hobi dan dukungan keluarga.
Semuanya dimulai saat kakak berumur sekitar 4 tahun. Di
suatu hari yang cerah, kakak berulah. Hehehe.
Kakaknya Kak Ela, sebut saja Kak
Tata, sudah duduk di bangku SMA dan sedang berlatih ujian mengetik memakai
mesin ketik manual. Kak Ela dengan semangat 1993, berusaha merebut mesin ketik
Kak Tata. Ingin ikutan mengetik dan mogok latihan membaca serta menulis kalau
tuntutan tidak dipenuhi (kakak memang sudah bisa membaca dan menulis saat umur
2 tahun). Saat itu, kacau sekali. Dua kakak ini menangis, tidak ada yang mau
mengalah.
Untung, papanya Kak Ela bijaksana, langsung membelikan kakak
mesin ketik baru dan mengajari cara memakainya. Wah, kakak senang sekali. Kakak
sanggup mengetik berjam-jam dan tentu berlembar-lembar..., membuat undangan,
surat, formulir, dan lain-lain. Kalau ada tamu yang datang ke rumah, kakak
dikira mengetik sembarangan, tapi akhirnya mereka kagum setelah melihat hasilnya. Saat itu memang jarang
ada balita yang bisa mengetik. Wah, tentu saja orang tua kakak bangga.
Kakak
juga bahagia, dukungan kala itu berbuah manis sekarang. Kakak jadi suka menulis
cerita dan tentu saja akhirnya jadi blogger. Saat jari-jari kakak menyentuh
mesin ketik, komputer atau laptop, seakan imajinasi melayang dan kata-kata
terangkai dengan sendirinya. Kakak jadi lebih percaya diri dan ceria karena
bisa berbagi lewat tulisan. Kakak bahkan bisa memotivasi diri dari tulisan
sendiri. Oh iya, Kak Tata juga berperan besar dengan mengajari Kak Ela cara
mengoperasikan komputer dan menjelajah internet lho.
Dukungan keluarga adalah awal dari segalanya. :)
Dukungan keluarga adalah awal dari segalanya. :)
Eh, Takita boleh punya hobi menulis seperti kakak, tapi
jangan tiru kebandelan Kak Ela ya… Hehehe
Hobi kakak sebenarnya banyak. Kali ini cukup dua aja ya yang
diceritakan.
Kalau yang pertama, menulis. Yang kedua adalah membaca.
Saat
balita, Kak Ela punya kecepatan membaca yang tidak lazim, umur 3 tahun, satu
majalah bisa selesai dibaca dalam waktu kurang dari 1 jam, tanpa terlewatkan
satu artikelpun. Hahaha.
Semua itu berkat mamanya Kak Ela yang berhasil menginovasi
cara belajar. Saat Kak Ela jalan-jalan bersama keluarga, kakak hampir selalu ditantang adu
cepat membaca papan reklame, nama toko, dan tulisan lain yang kebetulan ada di
pinggir jalan. Kak Tata mendukung hobi Kak Ela dengan menyisihkan uang jajannya
untuk membeli majalah anak-anak tiap minggu. Menabungnya seminggu, bacanya cuma
sejam. Kemarau setahun, dihapus hujan sehari. Kasihan Kak Tata yaa... Hahaha.
Dari Kak Tata ke Kak Ela : kapanpun dimanapun, selalu ada buku. |
Kak Tata punya kegemaran sama yaitu membaca. Dia mengoleksi
novel detektif dan petualangan. Dari Tin Tin sampai Lima Sekawan. Kak Ela ikut
baca lho, semua koleksi amblas terbaca dalam waktu kurang dari setahun di
sela-sela waktu belajar. :D
Ada cerita saat ujian kelas 3 SD. Saat itu ada pertanyaan,
apa nama perahu untuk arung jeram? Kakak hanya tahu arung jeram itu semacam
olahraga mendayung di sungai. Dan kebetulan dari novel yang kakak baca, nama
perahu untuk olahraga mendayung adalah kano. Oke, Kak Ela putuskan jawabannya kano!
Sumber pengetahuan tentang KANO :) |
Ketika
koreksi bersama dilakukan, guru kakak belum tahu kano itu seperti apa. Akhirnya
beliau bertanya ke guru di kelas sebelah. Dan ternyata sama-sama tidak tahu.
Aduh, gara-gara jawaban Kak Ela, koreksi terhambat. Tapi menyenangkan juga,
karena terbukti buku itu jendela dunia! Takita jangan bosan membaca ya… ;)
Oh iya, Kak Ela kecanduan membaca novel detektif sampai sekarang. Gara-gara itu, kakak sempat bercita-cita jadi dokter forensik (dokter yang berperan dalam penegakan hukum).
Dampaknya besar sekali lho buat kakak. Kakak jadi cinta
pelajaran biologi, bahkan berani mencoba ikut olimpiade (meskipun belum
berkesempatan menang :D ). Rasanya ada kebanggaan tersendiri jika bisa mencintai
sesuatu yang dipelajari. Akhirnya, percaya diri Kak Ela semakin dan semakiiin meningkat. :)
Nah, bagaimana Takita? Cerita kakak menghibur? Mungkin bisa memotivasi? :D
Kadang cita-cita dimulai dari kegemaran atau kebiasaan.
Hal
besar dimulai dari hal kecil.
Bangun semangat tak terpatahkan dari
dukungan keluarga.
Semoga Takita bisa lebih hebat dari kakak.
:)
:)
0 komentar:
Posting Komentar