Kamis, 25 Juli 2013

Me vs Sandal Kesehatan

Kalo ada yang nebak, ini versi ndagel dari Me vs High Heels...., wah kisanak, kamu cerdas sekali! (*O*)b Wakakaka

Tau kan, cewe itu kadang sering menjalani hal-hal yang menyakitkan untuk dirinya sendiri, bertahan mati-matian, dan bagian konyolnya kadang itu dilakoni demi orang lain.
Iya, termasuk urusan alas kaki.
Ngga biasa pake high heels, bahkan ngga "cocok", tetap aja maksa. Sampe lecet, sampe jatuh, nahan meringis, sok senyam senyum padahal kakinya udah bengkak kayak kena penyakit kaki gajah. Bhahak...
Padahal dia lebih bahagia kalo pake sandal jepit, misalnya. :D
Demi kelihatan jajaran genjang, halah, jenjang di mata orang lain?
Emangnya kalo kakimu lecet, orang-orang itu pasti bakal bantuin kamu? Ngobatin? Mijetin? Hihihi, I.D.T.S!


Kejadian yang versi ndagel, terjadi sama anak manis pas ikut karnaval SMA, dalam rangka ultah kota tercinta.
Tarinya kreasi baru, setengah tradisional tapi ngga woles-woles amat. :P
Kami, para gadis terpilih (kalo aku sih diwajibkan ikut, anak intra tari sih, ngga ada alesan buat menghindar :P), berperan jadi prajurit Raden Ayu Retno Dumilah. Prajurit? AHA! Tau kan kostumnya mesti gimana? Berbau pendekar, termasuk alas kaki yang kami pakai. Bajunya udah unyu-unyu lah yaa... Warnanya shocking pink sama hitam. Berasa kayak para nyisanak di tipitipi. Begitu liat alas kakinya, kamvretos sekali! Aku protes gelllaaak. Masa kita jalan sekitar 3-4 km, disuruh pake sandal kesehatan??? Kan tindakan menohok telapak kaki kami itu namanya. Mana tali ala sandal pendekarnya itu pake tali koor warna hitam disilang-silangin dari bawah ke atas.
Alesan dari bagian pengadaan sih, ketemunya sandal plastik berwarna gelap,yang cucok menurut beliau ya si sandal kesehatan itu.
"Kan biar kaki kalian ngga capek kalo jalan jauh."

"Ebuseeet..."


Hari H.
Semuanya berjalan lancar. Kami nglewatin panggung walikota. Panasnya ngga kerasa. Malah kruwik kruwik di telapak kaki yang menunjukkan eksistensinya. Tali sandalku yang "anggun dan elegan" itu mulai mlorot, mrotholi, ndlewer-ndlewer ngga karuan.
"Mampus!"

Makin ngesot langkah kaki ini.
"Ya Tuhan, gimana ini? Ngga bakal bisa nunduk secepat kilat, apalagi keluar barisan."

Kringetan. Panik.
"Rasanya udah nyut-nyut jugak.."

Galao.
"Daripada aku ngacau gerakan tarian, baiklah..."

Sepasang benda terkutuk itu aku lepas! Lemparin ke belakang dengan gerakan sedikit mengayun. Ulalala, leganyaaa... Kakiku bernafas kembali. Aku bertelanjang kaki menyambut sejuknya aspal. Eh, rasanya enakan loh. Aku senyam senyum sendiri selama perjalanan (kecuali kalo ada "benda hangat" merintang di jalan. Wakakakak). Yang laen sih masih sibuk meringis.
Akhirnya satu demi satu sandal berguguran.
Abis nyampe finish, mereka ngaku ternyata lebih enakan lepas sandal, daripada harus menderita batin. Biarkan orang berkata apa... Dimarahin guru juga ayo... Kan emang penari ngga salah & udah nyoba nrimo, seprofesional mungkin bertahan sepanjang jalan kenangan.. Halah!

*\(^o^)/*

Hahahaha...

Apa ya pesan moral (uwopo iki :D) di balik peristiwa itu?

Come on, girls! (Boys jugak bolelebo deh) Wake up! Jangan jadi drama queen (king)!
Jadilah yang terbaik menurut dirimu sendiri. Yang bikin dirimu nyaman. Kalo sesuatu itu nyaman, pertahankan. Kalo ngga, ya tinggalkan aja. Orang lain bakal selalu berkomentar untuk apapun yang kamu lakukan. Karena mereka bukanlah kamu. :D


Sudahkah kamu menyayangi dirimu hari ini? :)

0 komentar:

Posting Komentar