Senin, 13 Februari 2017

Kehilangan Makna

Saat hujan,
dalam perjalanan pulang..
Aku baru menyadari jalanan lebih lengang, padahal di jam yang sama, sama-sama hari kerja.
Yang membedakan hari ini dengan hari-hari itu adalah.. hujan.
Lalu aku terbahak, apalah gunanya mobil, kendaraan beratap..jika dibandingkan dengan sepeda motorku. Apalah gunanya jas hujan.. Apalah gunanya payung..
Kenapa hujan begitu menakutkan?
Dengan kata lain, mobil kehilangan fungsinya untuk melindungi pengendara dan barang-barang di dalamnya dari cuaca.
Jas hujan dan payung juga kehilangan fungsinya untuk jadi alat bantu menembus hujan, hanya karena orang-orang takut basah.
Takut basah. Takut keluar. Terlalu banyak ketakutan yang menghalangi kita bersenang-senang.
Waktu untuk pulang dan hujan tak terlalu deras, mau takut apa lagi? Takut baju basah dan make up luntur? Buat apa? Rumah adalah tempat yang hangat yang menerima kita apa adanya. Mau sampai ke rumah dengan acak-acakan, pintu itu akan selalu terbuka. Jika ada orang yang kusayangi menunggu di rumah, buat apa menunda pulang? tidakkah kau khawatir bahwa ia (mereka) di rumah mencemaskanmu? Sepadankah dengan hujan yang tak terlalu deras?
Ah, sudahlah. Belum tentu mereka yang berkendara lebih elit padaku bertujuan pulang. Bisa jadi mau belanja, jalan-jalan, tak punya tujuan, atau tak punya rumah yang hangat. Jangan-jangan pandanganku yang terlalu normatif. Yang seharusnya. Lho, tetapi kan aku melakukannya.

Lebih kasihan lagi jas hujan dan payung. Dibeli tapi belum tentu dipakai. Dicari tapi kehilangan makna intinya.

terpekik kegirangan saat melintasi genangan,
penutup dalam bab perjuangan kali ini,

Cahaya.

0 komentar:

Posting Komentar