Senin, 15 Juli 2019

Sakit

Rupanya gadis ini tak hanya sakit badan. Ia menangkap realitas nano-nano di sekitarnya. Bahwa ada orang yang menilai sebuah hubungan hanya sebatas materi, nama besar, dan perihal duniawi lainnya, masalah tanggung jawab adalah nomor belakang. Ada yang mendekat ketika materi berkilau disuguhkan padanya. Oh, seandainya mereka tau ada orang yang kerja tak berbayar, pasti hujatan GILA yang dilayangkan padanya. Ketika segala sesuatu di sekitar tubuh tak seiya sekata, maka sakit yang terasa, bahkan atom terkecil di dalam tubuh menolak. Proses, bukan hasil. Nilai, bukan materi. Aksi, bukan ngomong aja.
"Kenapa kamu marah-marah? Kenapa kamu gelisah? Tekanan itu datang darimana? Sekitarmu lho baik-baik saja," tanyanya pada diri sendiri.
Jawabnya sendiri, "Aku ingin merdeka! Aku ingin bebas! Aku ingin pergi dari sini, muak melihat segala politik yang mencarut marutkan ikatan darah. Politik pencitraan, sampai kapitalisasi ilmu. Bahkan teori ketidakpercayaan dan manusia utilitarian dalam akuntansi kutolak. Aku alergi, aku jijik. Aku ingin terbang melampaui ilmu itu sendiri, mencari kebenaran. Aku berjanji menyelamatkan dua orang agar dapat bertemu di keabadian."
Entah imam macam apa yang bisa mengendalikan gadis gila macam ini, mungkin lebih gila dan ekstraordinari. Huhu. Terlalu visioner juga membuatmu sakit, wahai gadis.
:)

"Muntahan" di sore hari,
ketika ketikan melampaui pita suara.
Madiun, 15 Juli 2019.

0 komentar:

Posting Komentar