“Hidup tinggal beberapa hari saja, masih kebanyakan permintaan.”
Kira-kira begitu kalimat kurang ajar yang kudengar hari ini.
Bukan kalimat sinetron. Bukan pula orang berlatih drama.
Kalimat ini lebih jahat daripada vonis seorang dokter kepada
pasiennya tentang usia tinggal setahun.
Betapa ekspektasian dan kalimat prediksi itu jahat. Dalam
olah rasa mendalam, rasakan yang mengucapkan kalimat itu ingin mengalahkan
Tuhan yang tau segalanya.
Jahatnya bukan main, tidak sekedar pengharapan ala remaja,”aku
berekspektasi kau mencintaiku, dan nyatanya tidak.”
Betapa ekspektasian itu jahat. Terlalu berorientasi ke masa
depan, terstruktur dan kaku membuat kita tidak menyadari adanya masa kini.
Sekarang. Menikmati dan mensyukuri bahwa sekarang kita masih ada dan diberi
kesempatan berbuat baik.
Betapa ekspektasian itu tega. Jika setiap orang sudah tau
masa depannya, sudah tau kontraknya selesai kapan, tidak akan usaha di waktu
sekarang. Antara dia menyombong layaknya Sang Pemilik Waktu atau dia akan
menyerah. Ah, cepat atau lambat kan bakal mati. Justru sombong dan menyerahnya
orang inilah yang disebut “kelumpuhan”.